Kepak Sayap Sang Kuda Terbang

kuda-terbang
ilustrasi: Tamar Saraseh

Berangkatlah Empu Kelleng ke Majapahit. Isteri Empu Kelleng khawatir dengan kepergian suaminya. Sudah tiga tahun terlewati, belum  terdengar kabar. Dia menyangka bahwa Empu Kelleng dan pandai besi lainnya kelelahan sehingga tidak kunjung selesai, maka diutuslah Jokotole menyusul sang ayah.

Jokotole kemudian berangkat melewati pantai Selatan Pulau Madura. Tepat di pantai sekitaran Desa Jumiang (Pamekasan), Jokotole bertemu dengan seorang pertapa sakti, yang tak lain adalah pamannya sendiri, yakni Adi Rasa.

Adi Rasa menceritakan hal ihwal susunan garis keturunan Jokotole dan juga memperkenalkan adiknya sendiri, yaitu Jokowedi. Jokotole juga diberi nasehat-nasehat yang baik juga diberi kuda hitam bersayap (Si Mega/Mega Remmeng) serta cemeti pemberian dari ayahnya, Adi Poday. Selain itu juga diberikan petunjuk bagaimana cara untuk memanggil pamannya apabila suatu saat ia mendapat kesukaran ataupun kesulitan.

Adi Rasa juga memberikan melati agar dimakannya disertai tata cara untuk mempergunakan kesaktiannya. Hal itu akan berguna sesampai Jokotole di Majapahit. Untuk keperluan menyambung besi Jokotole harus dibakar, maka dari pusarnya akan keluar sebuah cairan putih menyerupai timah. Sebagai penebusnya, Jokotole harus segara disiram dengan air bersih agar segera pulih seperti sedia kala. Karena tidak mungkin bisa untuk mengerjakan sendiri tata cara dalam mengerjakan perintah pamannya, Jokotole terpaksa mengajak Joko Wedi.

Sampailah mereka berdua di Kabupaten Gresik. Jokotole mendapat halangan dan dicegat oleh Prajurit yang menjaga pantai.  Karena para prajurit itu mendapat perintah untuk membawa serta dua orang bersaudara itu ke istana di Gresik. Para prajurit tersebut berdasar pada perintah raja, karena menurut mimpi raha salah satu dari keduanya, antara Jokotole dan Jokowedi harus diambil menantu oleh raja.

Dengan sangat terpaksa, dua orang bersaudara itu menghadap ke istana. Mereka disambut oleh Raja dengan suka cita. Diadakanlah ramah tamah dan disampaikanlah keinginan raja tersebut. Dengan berat hati  Jokotole mengizinkan adiknya untuk menikah dengan puteri raja Gresik kemudia ia melanjutkan perjalanannya menuju Majapahit sedirian.

Sesampainya di Majapahit, ia bertemu dengan ayah angkatnya. Jokotole berkeinginan untuk menemui Prabu Brawijaya VII.  Setelah mendapat izin dari ayah angkatnya, ia pun menemui Raja Majapahit itu sambil mengutarakan maksud dan tujuannya untuk membangun pintu gerbang istana dengan cepat.

Lewat kesaktiannya itulah, maka ia membantu para empu-empu pekerja pandai besi yang kelelahan dan sakit akibat kepanasan termasuk ayah angkatnya. Karena pintu gerbang tersebut besar dan berat, berkat petunjuk pamannya, ia mampu menegakkan pintu gerbang tersebut sekaligus mengelasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.