Lilik Rosida irmawati
Lilik Rosida irmawati
Kebijaksanaan para Wali Songo dalam usaha dakwah melalui media seni, ternyata membawa hasil luar biasa. Hampir 90 % rakyat di wilayah nusantara mengaku dirinya ber-agama Islam. Keberhasilan tersebut tentunya berkat kegigihan, keuletan, kesabaran serta pembagian program secara terperinci dan ter-organisir rapi. Walaupun hidup para Wali tidak seluruhnya satu jaman, namun perjuangan atau usahanya merupakan satu gerak langkah yang terus-menerus, teratur, rapi dan disadari (bukan suatu hal yang kebetulan belaka).
Melalui tembang Macapat, dapatlah digali arti, maksud dan makna filosofi yang mendalam dalam setiap tembang, walaupun satu sama lainnya berbeda dan mempunyai ke-spesifikan tersendiri, namun satu sama lainnya merupakan rangkaian cerita yang tidak dapat dipisahkan. Disamping itu isi dari tembang-tembang Macapat mempunyai nilai-nilai relegius yang tinggi, sehingga nilai-nilai moralitas yang terkandung didalamnya mudah dipahami oleh penikmatnya.
Seperti halnya tembang Macapat Jawa, tembang Macopat Madura berisi syair-syair yang indah, dengan demikian ajaran, anjuran, ajakan menuju pintu kebaikan mudah dicerna dan diserap oleh pengikutnya. Sehingga nilai budi pekerti luhur, nilai kejujuran, disiplin, amanah dan nilai relegius yang tersirat maupun tersurat lebih mudah ditanamkan dalam hati sanubari. Nilai-nilai yang tertanan tersebut diharapkan mampu membentuk manusia ber-budaya sekaligus mencetak pribadi muslim menjadi manusia paripurna.
Secara lebih gamblang isi maupun makna dari masing-masing tembang akan dibahas secara terperinci, sehingga dapat diketahui tujuan dari masing-masing tembang tersebut diciptakan. Adapun rinciannya sebagai berikut ;
Tembang Salanget (Kinanti)
Mara kacong ajar onggu, kapenterran mara sare
ajari elmo agama, elmo kadunnya’an pole
sala settong ja’ pabidda, ajari bi’onggu ate
Nyare elmo pataronggu
sala settong ja’ paceccer
elmo kadunnya’an reya
menangka sangona odhi’
dineng elmo agamana, menangka sangona mate.
Paccowan kenga’e kacong, sombajang ja’ la’ ella’e, sa’ are samalem coma
salat wajib lema kae
badha pole salat sonnat, rawatib ban salat lail
(Anggoyudo, 1983: )
(Ayo anakku belajar yang tekun, kepandaian itu harus dicari, belajar pengetahuan agama, juga pengetahuan dunia, jangan dibedakan, belajar dengan kesungguhan hati. Mencari ilmu harus serius, salah satu jangan ditinggalkan, ilmu keduniaan itu, keperluan hidup, sedangkan ilmu agama, adalah bekal untuk mati. Selain itu ingatlah anakku, sembahyang jangan sampai lubang, satu hari satu malam, sholat wajib lima kali, ada juga shalat Sunnah, rawatib dan shalat malam hari).
Bungka nyeor buwa bhalulug
Bhalulugga daddi tjengker
Se tjengker daddiya buggan
Se buggan daddiya pathe
Se pathe daddiya minyak
Mennya’ daddi damar kene’
(Asmoro, 1950:27)
(Pohon kelapa berbuah beluluk, beluluk menjadi cengker, buah cengker menjadi kelapa, kelapa menjadi santan, santan menjadi minyak, minyak bisa menjadikan terang)
ternyata tembang memiliki makna yang mendalam… baru tahu nih
salah satu yang harus dijaga dan lestarikan karena mengandung nasihat yang berkaitan dengan kehidupan manusia. tembang macapat 🙂
Apa amanat tembung macapat sinom.
?????
Interpretasi saja
mohon linknya diupdate kembali gan karna sudah dihapus… dan kalau ada saya minta macapat yang versi cetakan… dengan tulisan asli(kona) hal tersebut demi terciptanya pendidikan yang baik karena di SMA kami mengajar Bahasa Madura
Silakan: lebih lengkap tentang bahasa Madura klik Okara Madhura, http://www.okaramadura.com
kebetulan aku butuh reprensi buat skripsi, jika boleh aku mau minta teks asli macapat Madura. terimakasih
Cri buku “Tembhang Macapat Madhura”, penulis Oemar Sastrodiwirjo, dapat dihubungi Yayasan Pakem Maddu Pamekasan. Barangkali masih tersedia. Atau kontak saya via syafanton@gmail.com
Assalamualaikum…
maaf permisi
boleh kiranya saya minta filenya?
terimaksih
maaf atas kelancangan saya
wassalamualakum
boleh tau bku refrensix yg tentang macam2 dan seluk beluk tembang macapat madura yg lengkap. mhon jawabanx, terimakasih
Wah sampai saat ini kami masih belum menemukan referensi teks buku tentang macapat. Tulisan ini diangkat dari buku Berkenalanan Dengan Kesenian Madura, penulis Lilik Rosida Irmawati. Artikel tersebut berdasarkan referensi dari wawancana dan catatan-catatan para pelaku macapat. Ada satu buku “Tembhang Macapat Madhura”, penulis Oemar Sastrodiwirjo (orang tua Wabub Pamekasan Kadarisman Sastrodiwirjo) dapat dihubungi Yayasan Pakem Maddu Pamekasan. Barangkali ……. Trims