Pada tabun 1762 Bindara Saod meninggal dunia kemudian diganti oleh putrarya yang kedua bernama Asiruddin bergelar Raden Tumenggung Natakusuma I I.
Ketika Natakusuma memimpin Sumenep dalam keadaan aman dan sangat setia kepada Kompemi Belanda, dan kala Kompeni Belanda berperang melawan Adipati Blambangan, Natakusuma I membantu dengan mengirimkan pasukan sebanyak 1000 orang. Karena Natakusuma I mampu mengalahkan Blambangan maka diberi hadiah daerah Panarukan masuk dibawah kekuasaannya.
Tapi kemudian dikembalikan kepada Kompeni Belanda dengan syarat pulau-pulau di timur Sumenep dikembalikan lagi ke Sumenep yang sebelumnya menjadi wilayah kekuasaan Bangkalan, hal tersebut dikabulkan. Karena Tumenggung Natakusuma I memang betul-betul tunduk pada Kompeni dan sering membantu dalam peperangan maka pada tahun 1792 oleh Kompeni Belanda diangkat menjadi Pangeran.
Pada tahun 1780 oleh Kompeni Belanda dinaikkan lagi pangkatnya menjadi Sultan Natakusuma I. Dan pada tahun 1810 Belanda menaikkan lagi pangkatnya menjadi Panembahan Natakusuma I. Pada tahun 1815 Sultan Natakusuma I meninggal dunia, maka pemerintahannya diberikan kepada putranya yang nomor dua bernama Raden Abd. Rahman dengan pangkat dan gelar Pangeran Natanegara dan kemudian diangkat menjadi Panembahan Natakusuma II. Setelah Sultan Natakusuma I meninggal dunia dengan masyarakat Sumenep diberi gelar Panembahan Sumolo.
(Disalin dari buku “ASTA TINGGI, Situs dan Sejarah Tokohnya”, penyusun: Tadjul Arifin R, Disbudparpora Sumenep (2013)