Karena adanya penghianatan dari pihak sendiri, yang dapat digunakan oleh pihak Belanda sebagai mata-mata, sehingga gerakan tentara kita selalu dapat diketahui. Berhubung adanya kejadian seperti itu, maka terjadilah gerakan pendadakan tentara Belanda pada tanggal 26 Agustus 1947 di Klampar yang secara tiba-tiba menyerang pertahanan kita pada pukul 05.00.
Satu peleton mitraliur tentara kita disapu habis, kebanyakan tewas, tetapi ada yang masih hidup, karena terhindar dari kepungan Belanda. Kejadian itu merupakan keteledoran dan front bevciliging (bagian pelindung lambung depan) yang tidak sempat melaporkan kepada Komandan Sektor, karena “overrompeld” tidak ada waktu menangkal serangan yang mendadak, yang didahului dengan tembakan mortir dan mitraliur secara dahsyat.
Serangan ini menjadikan Kompi Mudhar Amin benar-benar kocar-kacir. Pada hari itu kekuatan pertahanan kita memang agak kurang, karena sehagian tentara kita diperintahkan mengadakan gerakan gangguan terhadap tentara Belanda di sekitar desa Asemmanes yang dipimpin oleh Letnan Satu Slamet Kamaludin, demikian pula di sekitar desa Lenteng, di jalan menuju ke Proppo, ditempatkan pasukan di bawah pimpinan Subardi dan R. Mohammad Jahdi dari Biro Perjuangan untuk mengadakan gangguan terhadap tentara Belanda yang setiap hari mengadakan gerakan pemeriksaan dan pembersihan.