Warisan Sastra Tradisi Lisan Madura

Sastra lisan dalam bentuk mocopat/macapat/macopat/mamaca mulai ditinggal oleh masyarakat

Sebuah Perkenalan

Oleh : D. Zawawi Imron

Tradisi lisan di Madura pernah semarak karena dulunya tradisi tulis orang Madura pada umumnya mempergunakan bahasa Jawa. Akan tetapi sastra lisan menggunakan bahasa Madura.

Tradisi lisan di Madura ada yang digunakan untuk kepentingan ritual, seperti “pojiyan”, “pantil”, “ratep”, “gardem” dan lain-lain. Kegiatan itu misalnya digunakan untuk meminta hujan, selamatan desa dan lain-lain. Lagu-lagu dolanan anak-anak dulunya berfungsi mengajar kecerdasan emosional anak, seperti bertepuk tangan, berayun-ayun dan lain-lain. Susunan kata-kata pada kedua jenis warisan tradisi lisan Madura itu sulit untuk dimengerti mungkin karena arkaisnya.

Yang lain berupa tembang Jawa yang diterjemahkan ke dalam bahasa Madura. ada syi’ir yang hidup di kalngan masyarakat pesantren. Sedangkan paparegan digunakan dalam berbagai acara kesenian, namun yang tetap berkembang saat ini karena dipakai sebagai nyanyian dalam acara tayuban, sehingga kehidupannya tak perlu dikhawatirkan.

Sejak bahasa Madura tidak diajarkan di sekolah dan lajunya kebudayaan moderen di Pulau Madura, sebagian warisan tradisi lisan itu ada yang dijumpai di tengah masyarakat. Hal itu, dimungkinkan karena sebagian warisan tradisi lisan itu ada yang tidak sesuai lagi dengan gairah hidup moderen.

 Pada hal apabila di upayakan denganpenampilan baru dan diberi subtansi baru warisan tradisi itu bisa berkembang sesuai dengan irama kehidupan masakini. Revitalisasi memerlukan tanggung jawab kebudayaan baik dari para pemangku budaya, seneman, pemerintah dan masyarakat.

Karena itu tradisi lisan di Pulau Madura pernah hidup sastra lisan dengan subur. Kesenian tradisi lisan itu merupakan pernyataan jiwa orang Madura di tengah-tengah kehidupan. Alam Madura yang sebahagian gersang telah melahirkan suara-suara yang menyatakan rasa seni dalam menjawab tantangan alam. Alam yang berbukit-bukit dengan tumbuh-tumbuhan yang khas telah melahirkan seniman yang menyuarakan gairah kehidupan.

Ketika sastra tulis tidak begitu subur, sastra lisan menjadi sesuatu yang niscaya, karena pertanyaan dan persoalan-persoalan kehidupan tidak bisa dijawab dengan bisu. Suara nurani, detak jantung, desiran darah, kegetiran hidup, penderitaan dan rasa senang akan tampil memperdengarkan suara suara terdalam kemanusiaan.

Dalam makalah ini saya akan berusaha membicarakan beberapa seni lisan yang terdapat di ujung timur pulau Madura, tepatnya di wilayah Kabupaten Sumenep. Dengan catatan apa yang terdapat di wilayah ujung timur ini sebagiann besar juga terdapat di wilayah-wilayah lain di pulau Madura. Makalah ini diharapkan memberi sedikit gambaran tentang tradisi lisan di pulau Madura. beberapa warisan tradisi lisan di Madura :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.