El Er Iemawati
Ngapote, wa’ lajjarra e tangale
Reng majeng tantona la padha mole
Mon tenggu dhari abit pajalanna
Mase bannya’ onggu le ollena
O, mon ajelling, odhi’na oreng majangan
A bantal omba’ sapo’ angin salanjangnga
Lagu ber-bahasa Madura diatas sangatlah populer dan sering dinyanyikan oleh murid-murid sekolah. Lagu tersebut menggambarkan layar putih berkibar-kibar di garis pantai, pertanda para nelayan pulang melaut. Pagi hari ataupun sore hari pemandangan semacam itu hampir diketemukan di sejumlah lokasi desa nelayan. Lautan telah menjadi rumah sehari-hari, laut telah menjadi sahabat sejati, dan membentuk mereka menjadi sosok pemberani. Keberanian mengarungi lautan luas merupakan warisan turun menurun dari nenek moyang sejak dahulu kala.
Tak dapat dipungkiri bahwa luas lautan pada bumi lebih besar dari luas daratan. Kehidupan manusia dikepung oleh berbilyun-bilyun liter air. Dari mata air di pegunungan, kemudian menjadi sungai dan aliran sungai tersebut mengalir ke lautan bebas. Konon sumber daya alam terbesar terdapat dalam lautan, disamping terdapat beragam spesies ikan dan tidak akan pernah habis di eksploitasi, terdapat pula kerang mutiara serta migas. Sumber daya alam tersebut semuanya dapat dimanfaatkan oleh manusia.
Dari masa ke masa, kekayaan yang ada dalam lautan tak pernah habis, walaupun telah dieksploitasi oleh berbilyun manusia sejak manusia pertama, yakni nabi Adam dan Siti Hawa. Disamping itu, sungai dan lautan telah menjadi sarana penting mempertemukan umat manusia dari semua penjuru dunia. Sejarah mencatat, penjajahan dan perbudakan yang dilakukan oleh orang Eropa (Inggris, Spanyol, Portugis dan Belanda) karena kekuatan armada laut. Penjelajahan yang dilakukan oleh armada maritime bangsa Eropa telah menemukan benua-benua baru. Keberhasilan penjelajahan tersebut kemudian diikuti oleh penjajahan dan telah membawa kesengsaraan umat manusia di berbagai benua, yakni benua Asia. Afrika dan Amerika.