Semua masalah keluarga dan masyarakat yang sulit dipecahkan diserahkan kepada kiai untuk menyelesaikannya, baik masalah ekonomi, sosial budaya maupun politis. Di alam ini kesadaran sosial secara luas mulai tumbuh pada anak dengan melalui interaksi sesama santri dari berbagai daerah. Di dunia ini pulalah, anak Madura mengaji dan menimba ilmu agama Islam sehingga nilainilai Islam menjadi ruh dalam kehidupannya.
Citra tentang kepatuhan, ketaatan, atau kefanatikan orang Madura pada agama Islam yang dianut sudah lama terbentuk. Mereka sangat patuh menjalankan syariat agama Islam seperti: melakukan shalat lima waktu, berpuasa, zakat, bersedekah dan bersungguh-sungguh dalam hal agama. Hasrat mereka untuk naik haji sedemikian besar, sama dengan hasrat mereka memasukkan putranya ke pesantren.20)
Itulah sebabnya mengapa seorang kiai dan haji sebagai guru panutan mendapat tempat terhormat di mata orang Madura, sehinggaajaran Islam secara keseluruhan sangat pekat mewarnai budaya dan peradaban Madura.
Sementara Ratoh di samping termasuk orang yang harus dihormati karena ia pemimpin juga kesadaran sebagai warga pada orang Madura sudah terpatri, sehingga sikap tunduk dan menghormati terhadap segala peraturan yang berkaitan dengan posisi dirinya sebagai warga negara adalah sebuah kemestian yang harus dipenuhi.
Sebagaimana disebut dalam babhurughan becce’ di atas bahwa Tello parkara areyah kodhu e hormati (e adjhi’i): omor, oewet (ondhang naghara), aghama. Kepatuhan terhadap oewet (undang-undang negara) adalah suatu kewajiban yang tidak bias ditawar oleh orang Madura. Bagi orang Madura bentuk negara Indonesia adalah bentuk final, karena ia mengalami proses panjang dalam pembentukannya dengan berdasar pada kebhinekaan.21) Mengapa kemudian di negara kita ini belakangan muncul ashabiyah primordial yang sesungguhnya telah lama terhapuskan?