Ungkapan Madura: Abhantal Syahadat, Asapo’ Iman

Salah satu sebabnya adalah karena  kesadaran pluralisme kurang terkelola dengan baik yang mengakibatkan terganggunya katub-katub pengaman masyarakat. Akibatnya masyarakat tidak lagi mengetahui bagaimana seharusnya menghargai realitas obyektif, yaitu kebhinekaan yang ada, sehingga sikap masyarakat dalam hal apapun kurang –jika tidak mau menyatakan “tidak”—dewasa terutama dalam hal sikap politik.

Demokrasi yang didengungkan selama ini –yang sejatinya mampu mendorong seluruh lapisan masyarakat untuk berpartisipasi dalam seluruh proses pembangunan– jauh dari esensinya. Nilainilai kultural yang hidup dalam masyarakat berupa “persaudaran dan saling menghargai” yang menembus sekat-sekat primordial terbukti mampu menciptakan hubungan persaudaraan dan saling menghargai. Interaksi sosial yang dinamis antara seluruh lapisan masyarakat dapat berlangsung dalam nuansa rasa persaudaraan yang tinggi dan saling tolong menolong, sebagai wujud sebuah kewajiban sosial, moral dan ritual. Nilai-nilai itu mengalami degradasi akibat kebijakan politik pembangunan yang mengedepankan kuantitas. Akibatnya masyarakat terkotak-kotak dalam berbagai sekat primordial.

Meningkatnya fanatisme ashabiyah (kesukuan) sesungguhnya bisa diatasi dengan menjamin tegaknya keadilan, meningkatnya kemakmuran dan terjaminnya peri kehidupan kebangsaan yang bebas. Karena bagaimanapun bangunan negara-bangsa semestinya berbasis pada kesepakatan untuk hidup bernegara dengan tetap memberikan kebebasan bagi elemen-elemen kebangsaan untuk mempertahankan dan mengembangkan jatidirinya sesuai dengan konteks budaya masing-masing.

Sesungguhnya transformasi nilai-nilai kebangsaan di atas bagi generasi Madura sudah lama berlangsung melalui Kobhung sebagai medianya. Nasihat orang tua kepada anaknya agar mengedepankan persaudaraan tanpa pandang bulu dan etnis, hormat pada orang lain, patuh pada kiai dan kesetiaan terhadap ratoh adalah wujud nyata dari kesadaran orang Madura dalam berbangsa, sekalipun pada tataran tertentu fanatisme kesukuannya dan nuansa kekerasannya kadang lebih mengemuka jika hal itu berkaitan dengan kehormatan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.