Terdapat kidung menarik yang selalu dinyanyikan oleh masyarakat Sumber Arum Jombang yang memilki kemiripan dengan apa yang terjadi pada masyarakat Madura. “Kathok cilik keciliken, kathok gedhe kegedhenen, lebih baik ghak kathokan”.23) Gak kathokan ternyata menjadi alternatif gaya hidup –way of life- yang dipandang sesuai dengan situasi yang mereka alami saat ini.
Tembang tersebut menggambarkan kegalauan sebagai akibat dari runtuhnya pegangan nilai tradisional dan munculnya nilai baru yang belum dapat diterima sepenuhnya oleh masyarakat. Kondisi semacam ini menjadi sebuah keprihatinan kita bersama. Semoga tulisan ini mampu menjadi penggugah dan pijakan bagaimana kita berpegang pada tradisi luhur masyarakat kita dengan –tidak sama sekali—menjauhi ataupun menerima dan menolak mentah-mentah terhadap tradisitradisi baru. Amin.
Wa Allāh a’lam bi al-sawāb
____________________________________________________________
18) Hamka, Dari Perbendaharaan, hlm. 15
19) Lebih detail lihat Abdur Rosaki, Menabur Kharisma Menuai Kuasa, Kiprah Kiai dan Blater Sebagai Rezim Kembar di Madura (Yogyakarta: Pustaka Marwa, 2004).
20) Mien Ahmad Rifai, Manusia Madura Pembawaan, Prilaku, Etos Kerja, Penampilan, dan Pandangan Hidupnya seperti Dicitrakan Peribahasanya (Yogyakarta: Pilar Media, 2007), hlm., 45.
21) Lebih detail tentang hal ini bisa dirujuk pada Richard M. Daulay, Mewaspadai Fanatisme Kesukuan Ancaman disintegrasi Bangsa (Jakarta: Depag RI, 2003), Faisal Ismail, Pijar-pijar Islam Pergumulan Kultur dan Struktur (Yogyakarta: LESFI, 2002), hlm. 115-150.
22) Lebih detail lihat Irwan Abdullah, Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm.3.
23) Lebih detail mengenai kondisi riil masyarakat Sumber Arum bisa dirujuk pada: Tadjoer Ridjal, Tamparisasi Tradisi Santri Pedesaan Jawa, Studi Kasus Interpenetrasi Identitas Wong Njaba, Wong Njero, Dan Wong Mambumambu (Surabaya: Yayasan Kampusina, 2004).
(Penulis adalah dosen tetap pada Jurusan Tarbiyah STAIN Pamekasan dan alumni program Magister Program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya)
Sumber: KARSA, Jurnal Budaya dan Sosial Keislaman, Vol. XIII No. 1 April 2008, http://karsa.stainpamekasan.ac.id
Tulisan bersambung:
- Kobhung, Bangunan Tradisional Masyarakat Madura
- Nilai Kesopanan dan Kehormatan Bagi Orang Madura
- Ungkapan Madura: Abhantal Syahadat, Asapo’ Iman