Latar belakang Perkawinan
Latar belakang terjadinya adat perkawinan suku Madura di Rantau panjang adalah berasal dari datangnya suku Madura di Rantau Panjang sebagai perantau. Mereka yang datang itu, berasal dari kampung yang masyarakatnya sudah turun temurun melaksanakan adat perkawinan. Setelah menetap dan mempunyai keturunan dan dengan berjalannya waktu, apabila anak cucu mereka ingin menikah maka orang tuanyalah akan mengadakan adat perkawinan mereka sebagaimana di lakukan di pulau Madura.
Menurut sumber yang didapat dari tokoh masyarakat, perkawinan ini dilakukan secara sederhana yaitu dengan menyiapkan alat-alat yang hanya beberapa macam. misalnya : alat pinangan berupa sapu tangan dan minyak wangi, sedangkan alat hantaran berupa pakaian jadi seperti sarung, baju, kerudung dan bedak. Bahan-bahan ini disiapkan dan dibawah pada waktu akad pernikahan dilaksanakan.
[junkie-alert style=”green”] Dengan berjalannya waktu, banyak suku Madura yang sudah mulai berdatangan atau merantau ke Rantau Panjang,mereka berasal dari kampung yang berbeda di pulau Madura. Dengan demikian sedikit demisedikit adat perkawinan ini berubah, misalnya alat hantaran dilakukan setelah seorang wanita dan pria resmi bertunangan. Ditambah lagi oleh mereka yang baru datang dari Madura yaitu dengan alat yang disebut Teket Petton. [/junkie-alert]
Kemudian sekitar tahun delapan puluhan, adat ini bertambah lagi dengan namanya Lamaran. Lamaran yaitu berupa makanan khas madura yang disebut Tutul (dodol) dan Kocor (cucur), makanan ini biasanya dibawa pada saat resepsi perkawinan. Selain itu sekitar tahun 2001 yang lalu alat Lamaran ini ditambah dengan Spring bad (tempat tidur), hal ini terjadi ketika seorang laki-laki dari kota Mempawah kawin di Rantau Panjang, maka oleh masyarakat setempat hal ini terus diikuti sampai sekarang ini.
Adapun pada saat ini adat perkawinan suku Madura di Rantau Panjang sudah banyak yang mengikuti adat-adat orang kota. Dimana orang Madura yang tinggal di kota, mengikuti adat perkawinan suku Melayu. Akhir dari itu semua adat perkawinan suku Madura di Rantau Panjang dapat berubah-ubah tergantung pada perubahan waktu dan zaman, apalagi di era globalisasi ini suku Madura sudah dapat beradaptasi (menyesuauikan diri) dengan suku atau orang lain. (Sumber : pak sadineh, 9 Maret 2005)
Kaitan Adat Perkawinan Dengan Budaya Carok
Harus diakui bahwa suku Madura mempunyai pikiran yang keras dan mudah tersinggung, apabila ada masalah/hal-hal yang kecil dapat menjadi masalah yang besar, dengan demikian muncullah budaya Carok. Mengapa sampai terjadi demikian ? karena budaya ini diwariskan dari zaman nenek moyang mereka, sehingga perlu dipertahankan. Selain itu budaya carok juga mempunyai semboyan yang berbunyi : “daripada pada putih mata lebih baik putih tulang”, maksudnya dari pada menanggung malu lebih baik mati. Oleh sebab itu budaya carok tidak bisa terlepas dari ingatan orang Madura.