Perasaan tulus yang ditulis Ahmad Wahib ini kita terasa sangat langkah dari saudara kaum Muslim sekarang ini dimana ketika fatwa mengharamkan mereka memberi selamat Natal kepada kaum Nasrani. Mungkin latar belakang masa remaja tinggal di asrama Katolik dan lingkungan Katolik , apa yang di tulis oleh Ahmad Wahib tentulah hal yang wajar. Betapa banyaknya hal-hal kecil seperti ini hilang ketika agama di jadikan komiditas politik dan menghilangkan makna agama yang hakiki, saling mengasihi. Semangat berbagi kasih. Semangat Religiositas kata Mangunwijaya. Semangat inklusivitas yang hilang. betapa sayang.
Aku pikir tulisan-tulisan dalam catatan harian ini , akan menjadi penting dan memberikan sebuah cara berpikir yang lain bagi saudara kaum Muslim.
Maka bila Wahib berumur panjang dan melihat kehidupan beragama hari ini, aku berpikir mungkin dia akan menulis lebih keras lagi atau duduk termaktub-maktub heran dan tak bisa percaya. Benarkah Tuhan yang dia ajak bicara pernah paham apa yang kini tengah terjadi di tengah bangsanya ?
Maka kerinduan kita pada sosok toleran seperti Wahib -walau dalam pikiran dan tulisan-terasa sangat menguat dan mengedor-gedor pintu tali silaturahim kita kini. Tuhan mungkin tengah menguji kita dengan memanggil Wahib lebih di usia muda. Sayang !
sumber : Media Madura