Kondisi Pertahanan
Sebelum terjadinya Aksi Militer Belanda I (Clash I) pulau Madura dipertahankan oleh satu Resimen dengan enam Batalyon Tentara Nasional Indonesia ditambah dengan Badan-badan Kelasyakaran Perjuangan, dan rakyat jelatapun ikut serta di dalamnya termasuk para Kyai dan kaum wanita yang lazim disebut Perjuangan Rakyat Semesta.
Pulau Madura dibagi menjadi 4 Sektor, yaitu: Sektor I Madura Barat, meliputi daerah Bangkalan yang dipimpin oleh Mayor Hanafi dan Mayor Azis. Sektor II meliputi daerah Sampang/daerah Waru, yang dipimpin oleh Mayor R. Cokrodirejo. Sektor III meliputi daerah Pamekasan, dipimpin oleh Mayor Sulaiman, dan Sektor IV meliputi daerah Sumenep yang dipimpin oleh Mayor M. Abdul Majid.
Kemudian sewaktu Clash I dimulai, atas perintah Komandan Resimen 35/Komandan Sub Territorial, pimpinan Sektor III dialihkan kepada mayor R.S. Mangkudiningrat, berhubung dengan kesehatan Mayor Sulaiman tidak mengizinkan.
Seluruh Madura dalam hal itu berada di bawah pimpinan Tentara Keamanan Rakyat Tentara Nasional Indonesia dengan Letnan Kolonel Chandra Hassan sebagai Komandan Resimen 35, Sub Territorial Madura. Pertahanan Tentara Keamanan Rakyat Tentara Nasional Indonesia di masa Republik Indonesia, bila dibandingkan dengan pada waktu penjajahan Belanda dan Jepang memang jauh berbeda baik dalam hal persenjataan maupun dalam hal perlengkapan-perlengkapan lainnya. Setiap Batalyon hanya bersenjatakan lebih kurang 30 senapan, 4 senapan mesin/mitraliur yang sudah tua dan sering macect. Diantara Batalyon-batalyon tersebut ada yang mempunyai mortir (tidak lengkap) dan watermantel.