Dalam konsep pertunjukan Alalabang, mengambil tiga unsur seni tradisi; sastra lisan (macopat), Solo’an, dan Topeng Dhalang dipadukan dengan seni modern yang dipadukan berupa “Tari Mothak” (tari monyet).
Konsep panggung dengan dengan mermeergunakan layar topeng dalang sebagai background dengan peralatan musik saronen, siter, saron, gender, dan seperangkat gamelan.Salenthem, gendang, siak (kecrek). Jenis Gending: kennnong tello’, sarama’an, giroan (gending kasar), dan kejungan. Sementara tokoh topeng yang ditampilkan Anoman, pasusukan anoman, Indrajit dan pasukan Indrajit, serta Trijata. Nayaga dan para pemain termasuk dalang dan apneges tidak langsung berada di panggung. Saat musik gamelan dan saronen mulai dibunyikan rombongan musik diiringi dengan bacaan tembang , para pemain berjalan menuju ke arena pementasan.
Sastra lisan (macopat), dalam konsep alalabang merupakan media efektif untuk menyampaikan pesan dan memainkan improvisasi oleh penembang atau dalang. Dalam keleluasaan mengimprovisasi lakon, pertunjukan alalabang diawali macopat dan bajang gelagar, wayang yang terbuat dari tangkai daun singkong. Atau juga bajang pappa bisa terbuat dari pelepah pohon pisang.Mengisahkan cerita “Temon Pote” atau “Timun Putih” mengisahkan seekor kera yang dipelihara K. Agung Berumbung. Dalam kisah tersebut, kera diberi tugas untuk menjaga tanaman timun yang ditanam sang kiai. Mendapat tugas dari majikannya kera kemudian punya inisiatif mengecat timun tersebut dengan warna putih, sehingga terlihat jelas di malam hari, dan terlihat apabila hilang atau diambil pencuri. Konon kisah tersebut menyebabkan timun yang berasal dari daerah Barumbung (Sumenep) warna kulitnya berwarna putih kehijauan. Saat memainkan lakon cerita “Temon Pote” dalang memainkan wayang gelagar/ pappa, suatu bentuk simbolisasi bahan cerita yang dekat dengan kultur agraris setempat. Transisi penceritaan wayang gelagar ke topeng dhalang diawali dengan tarikan kuat wayang gelagar ke depan layar topeng yang ada di panggung. Wayang gelagar yang mewakili sosok kera putih terjatuh dan dari balik layar muncul peraga (penari) berkostum kera (Anoman).
Pertunjukan bergerak ke panggung dibuka Anoman yang tengah berada di taman Argasoka yang telah berhasil melaksanakan tugas Rama, menyampaikan cincin kepada Dewi Sinta. Anoman tidak mau kembali ke Anglengka tetapi tetapi memporak-porandakan Argaloka. Keberadaan Anoman di Argaloka diketahui oleh Trijata (diperagakan oleh laki-laki yang bgerperan sebagai perempuan). Trijata jatuh cinta kepada Anoman, dan percintaan mereka diketahui oleh Indrajit, membuatnya iri. Indrajit dikeroyok oleh pasukan Anoman. Ia lari dan kembali lagi dengan pasukannya untuk melawan pasukan Anoman. Perang tak dapat dihindarkan.