Ending yang cukup menarik dalam pertunjukan ini, dalang memutus cerita peperangan. Dalang memerintah kepada pasukan indrajit dan anoman untuk membuka Tatopong (Topeng). Setelah membuka topeng yang dikenakan mereka berhenti melakukan perang. Suatu filosofi yang ingin menyampaikan pesan bahwa pertengkaran tidak akan menyelesaikan masalah. Bahwa pertikaian yang terjadi karena banyaknya kepentingan yang mengintervenbsi dalam kehidupan kita sehingga kita lalai kepada sesamanya.
****
Pertunjukan yang disutradarai Agus Suhardjoko alumni Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dengan dalang Ahmad. Darus merupakan sebuah upaya melakukan revitalisasi seni tradisi dipadukan dengan konsep seni modern. Mengumpamakan panggung sebuah bujuk, maka para peraga berada di luar arena (panggung) untuk membawa sesasji atau melakukan pertun jukan.
Sebuah revitalisasi dengan memasukkan cerita atau permasalahan aktual dalam lakon (macopat) dan memadukan tari mothak ke dalam topeng dhalang.Ikon mothak dalam pertunjukan ini cukup menarik berangkat dari kisah mothak atau kera yang dipelihara Kiai Agung Barumbung yang bisa memahami keinginan manusia. Adegan yang memiliki makna bahwa kera saja bisa berubah karena didikan manusia, apalagi manusia yang berakal.
Keberanian memasukkan peraga perempuan dalam tari mothak. Hadirnya penari perempuan dalam topeng dalang merupakan hal baru, karena sebelumnya topeng dalang Sumenep diperagakan oleh peraga laki-laki. Namun hal ini tidak merusak pakem karena, peran perempuan bukan sebagai peraga utama. Namun tantangan ke depan yang cukup menarik , adalah bagaimana mengolah seni tradisi pertunjukan Alalabang menjadi media untuk mengakrabkan kembali generasi muda dengan seni tradisi leluhurnya. Tentunya dibutuhkan keberanian untuk mendekati budaya kaum muda sehingga dapat menjalin matarantai seni tradisi di tengah masyarakatnya.