Asta Karang Sabu terletak di Kelurahan Karangduak Kecamatan Kota Kabupaten Sumenep. Sebagai asta-asta (kuburan para tokoh/kesatria pada masa kerajaan), Asta Karang Sabu memiliki sejarah maupun legenda tersendiri, tentu yang berkait erat sejarah Sumenep.
Salah satu tokoh yang tak kalah menarik untuk dijadikan perhatian, yaitu Raden Tumenggung Kanduruan yang bergelar Raden Tumenggung Notokusumonegoro. Ia memerintah Sumenep pada tahun 1559-1562 M, dan keratonya terletak di Karangduak. Raden Tumenggung Kanduruan ini yang menurunkan Adipati / Bupati di Sumenep hingga 15 keturunan dari garis laki-laki. Sedang keturunan terakhir yang menjadi penguasa Sumenep adalah Raden Mohammad Tahir Tumenggung Prabuwinoto pada tahun 1925-1928 M.
Menurut catatan, Raden Tumenggung Kanduruan adalah putra dari Sultan Alam Akbar Al-Fatah (Raden Patah) yaitu Raja Demak Bintoro yang berkuasa pada tahun 1478-1518 M, sedang Raden Patah merupakan putra dari Raja Majapahit yaitu Parbu Brawijaya V dari hasil perkawinannya dengan putri keturunan Cina yang bernama Indrawati. Tumenggung Kanduruan, pada masa remajanya pernah mengabdi kepada Saudara Ayahnya yaitu Ratu Japan yang bernama Dewi Mas Kumambang.
Konon menurut cerita, Raden Tumenggung Kanduruan menjadi raja Sumenep setelah mendapat perintah dari Ratu Japan untuk menyerang Sumenep dan membawa pangeran Sumenep (Pangeran Siding Puri) baik dalam keadaan hidup maupun mati. Hal ini terjadi karena Ratu Japan yang masih cucu Pangeran Siding Puri merasa tersinggung kepada Pangeran yang menolak cintanya.