Pangeran Gidang Tengah tidak kebagian kuda. Dengan tidak sengaja mengambil gidang ( kuda-kudaan dari gedek ) langsung mengamuk ke arah prajurit Arosbaya, dan ternyata gidang yang ditunggangi oleh prajurit itu, menjadi kuda sungguhan. Sampai sekarang diberi nama Makam Pangeran Gidang Tengah. Bertempat di Kampung Tendereh desa Blega Oloh. Ada juga prajurit Blega setelah menginjakkan kakinya ke bumi tiga kali langsung menjadi manusia raksasa.
Makamnya ada di Kampung Tendereh Desa Blega Oloh. Artinya Oloh adalah atas.Maka tempatnya di penghulu Desa Blega. Tapi naas bagi Pangeran Kambeng ( mengambang ). Beliau terbunuh dan mengambang di Kampung Sebbeggen Desa Blega. Sampai sekarang dikenal dengan sebutan Makam Pangeran Kambeng. Di dalam peperangan itu, banyak prajurit yang terbunuh, dengan amukan Pangeran Macan Putih dan semua kesatria prajurit Blega. Juga dengan mengamuknya Kiyai Panumbak, prajurit-prajurit banyak sekali yang terbunuh, sebagian melarikan diri.
Dan, ternyata yang memimpin perang prajurit Arosbaya itu ialah Pangeran Siding Gili kakak tertua dari kelima bersaudara dan beragama Budha. Oleh karena itu, setelah kalah perang Pangeran Siding Gili melarikan diri ke Pulau Mandangin yaitu pulau di sebelah selatan Kabupaten Sampang. Sampai sekarang diberi nama Pulau Gili Mandangin.
Pangeran Blega tidak membayar upeti atau sampai terlambat, karena Pangeran Blega berfikir dalam hati, saya di utus dan mengajak orang beragama Islam sedangkan kakak sendiri Pangeran Siding Gili beragama Budha. Bermula dari itulah sehingga menjadi kesalah pahaman.
Dirangkum/disusun oleh Ach. Jailani bin KH. Maulana Ishak; Juru Pelihara / juru kunci Pangeran Makam Agung Blega. Gambar : Salah satu situs bersejarah peninggalan Kerajaan Majapahit yang berada di Kabupaten Bangkalan-Mudara. Pasarean Pangeran Blega, dari: http://www.komunitasblega.co.cc/
ini sejarah peperangan arosbaya dengan blega bukan awal berdirinya keraton blega