Dengan pembahasan di atas, kiranya dapat disimpulkan bahwa pemerintahan Sumenep dimulai oleh pemerintahan Arya Wiraraja (Abdurachman, 1971, 5-7).
Pangeran Saccadiningrat I (raja Sumenep VII)
Babad menyebutkan sepeninggal P. Mandaraka, kerajaan dibelah dua, antara
P. Bukabu dan P. Baragung. Tentang P. Bu-kabu Babad tidak banyak terberitakan
dalam Babad, tidak seperti P. Baragung. P. Baragung mempunyai seorang puteri bemama Endang Kilengngan, yang kawin dengan Bramakandha. Dari hasil perkawinannya itu, lahir seorang putera bernama Wakung Ru’yat. Setelah dewasa dia menggantikan ayahnya sebagai raja Sumenep, bergelar Pengeran Saccadiningrat I. Pusat pemerintahannya berada di Benasareh. Pada waktu itu kerajaan Sumenep masih berada di bawah kekuasaan Majapahit.
- Saccadiningrat I ini kawin dengan Dewi Sarine, puteri P. Bu-kabu, yang kemudian mempunyai anak perempuan bemama Same, yang bergelar Puteri Kuning. Dengan perkawinan diantara kedua keturunan raja Sumenep itu (P. Bu-kabu dan P. Baragung) itu mungkin diharapkan timbulnya persatuan kembali diantara keluarga raja Sumenep, yang pecah sepeninggal P. Mandaraka. Atas dasar ini kerajaan Sumenep dapat dipersatukan kembali pada masa pemerintahan P. Saccadiningrat I.
Model perkawinan demikian kita kenal dalam sejarah kuna Indonesia, yang dikenal sebagai perkawinan politik (the export of princesses), atau menurut istilah Berg adalah “in a devine unio mystica” (Zoetmulder, 1965, 331-332). Hal ini dilakukan sebagai peningkatan metode guna mempertahankan politik suatu kerajaan dengan cara pengikatan melalui suatu pranata perkawinan. Dan cara itulah yang dipilih oleh P. Saccad iningrat I.
Puteri Kuning, memiliki kegemaran bertapa. Pada suatu waktu dia pergi ke gunung Pajuddan untuk bertapa. Setelah 7 had 7 malam, tepat tanggal 14 malam bulan pumama dia berrnimpi bertemu dengan seseorang, dan melakukan persetubuhan dengannya. Orang itu kemudian dikenal sebagai Adi Poday, putera kedua Panembahan Blingi, yang bergelar Arya Pulangjiwo yang berkuasa di Pulau Sepudi. Dan karena mimpinya itu Puteri Kuning akhirnya rriengandung. Kemudian lahirlah seorang putera yang diberl nama Joko Tole.
Dari kisah diatas dapat disimpulkan bahwa sebenarnya perkawinan Puteri Kuning dengan Adi Poday sebenarnya tidak mendapat persetujuan ayahnya, sebab Sapudi merupakan kerajaan bawahan Sumenep. Tentang bagaimana pemerintahan Sumenep di bawah P. Saccadiningrat I, Babad tidak menceritakan.
__
Artikel bersambung: