Semua perubahan itu bila ditinjau dari kacamata budaya, memang tak ada yang terburu-buru harus dipersalahkan, karena perubahan adalah bagian dari perjalanan kebudayaan.
Yang dikhawatirkan, hilangnya arah budaya yang substansinya berupa nilai-nilai agung, sehingga bisa jadi perjalanan itu ibarat memintal tali yang menjerat kaki sendiri. Untuk itu tak cukup bilang “tidak”. Apalagi kalau sudah terjadi.
Yang urgen, sejak sekarang kita mulai berpikir, bagaimana kira-kira wajah yang pas bagi Pulau Madura pada abad ke-21 nanti.
Penulis adalah budayawan tinggal di Sumenep.