Kali kedua setelah Universitas Trunojoyo Madura di Bangkalan, A. Latief Wiyata, antropolog dan dosen FISIP Universitas Negeri Jember mempresentasikan buku barunya “Mencari Madura” di Universitas Wiraraja Sumenep, Senin 1 April 2013.
Buku setebal 287 halaman baru itu, menurut penulisnya merupakan kumpulan tulisan artikel yang sebagian besar telah publikasikan di sejumlah media. “Untuk itulah terbitan buku kali ini sengaja saya amalkan untuk kepentingan masyarakat, karena memang saya tidak minta royalti dari penerbitnya”, tukas Pak Latif, demikian panggilan akrabnya mengawali presentasinya.
Latief Wiyata yang kelahiran Sumenep itu, mengurai banyak hal tentang materi tulisan dibukunya. Tokoh satu ini yang dikenal memiliki idealisme tinggi dalam mempertahankan sosial budaya Madura itu, mengatakan bahwa dirinya pernah dengan tegas menolak pembangunan PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) di Bangkalan. “Saya satu-satunya orang yang menolak dengan tegas waktu”, tegasnya.
Selain Latief, hadir dua orang pembanding, Drs. Kadarisman Sastrodiwirjo, budaya Madura, yang juga Wakil Bupati Pamekasan, dan Hj. Alwiyah, SE, MM, Rektor Universitas Wiraraja Sumenep.
Alawiyah menilai, perubahan prilaku sosial budaya yang terjadi di tengah masyarakat Madura, tampaknya sangat menghawatirkan. “Kaum generasi Madura, tampaknya mulai terjebak oleh pola budaya yang ternyata bententangan dengan tata nilai kehidupan masyarakat Madura sendiri, sebagaimana kerap diajarkan lewat kearifan lokal Madura”, jelasnya.
Namun demikian, Alwiyah meyakini, pada saatnya nanti masyarakat Madura, khususnya para generasi muda Madura akan menemukan jati dirinya, karena perubahan yang terjadi pada saatnya nanti akan menjadi perhatian serius dari semu kalangan di Madura.
Sedang Drs. Kadarisman Sastrodiwirjo, yang akrab dipanggil Pak Dadang itu juga mengakui bahwa banyak akar budaya Madura yang telah tercerabut oleh budaya modern. “Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan paradigma itu”, tukasnya kemudian menjelaskan masalah faktor tersebut.
Namun Dadang berbangga, karena banyak orang Madura yang ternyata menjadi orang sukses diluar Pulau Madura, bukan hanya dibidang usaha, tapi juga menjadi orang penting di negeri ini, yang kemudian menyebut sejumlah nama dan kedudukannya.
Bedah buku yang dibuka oleh Rektor Universitas Wiraraja itu, yang dihadiri sekitar 200 peserta mendapat respon positif dari sejumlah kalangan, sehingga dalam forum diskusi menjadi menarik dan hangat.
“Kita perlu secara berkala membuka dialog secara terbuka mencermati masalah Madura, sehingga generasi ke generasi selanjutnya tidak terputus benang merah memahami dan memaknai budaya Madura” ujar Rusly, dosen Universitas Wiraraja itu yang berperan sebagai moderator dalam acara tersebut. (lontarmadura)
Saya tertarik untuk membeli buku ini, kemana saya bisa menghubungi?
Mohon hubungi email saya.
Terima kasih,
Ade Farida
Penulis buku ini, A. Latief Wiyata sudah wafat beberapa waktu lampau, bila butuh buku “Mencari Madura” tampaknya di toko online tampaknya masih ada. Silakan dicari