Cara Baru berMadura
Cara lama bermadura harus ditinggalkan. Etos dan nilai kemaduraan selayaknya dimaknai dengan cara yang baru agar kita terhindar dari jebakan budaya yang eksklusif dan pragmatis. Mengingat hal itu tidak menciptakan produktifitas bagi perkembangan kebudayaan Madura. Seperti apakah cara baru bermadura itu? Pertama, merombak tata kesadaran (mind set), bahwa membela harga diri itu tidak mesti harus pakai otot, kekerasan, tapi jauh lebih berbudaya luhur bila pakai otak, arif dalam menyikapi masalah. Bukankah dosa (besar) yang takterampuni adalah menghilangkan nyawa orang lain. Apapun alasannya, keimanan dalam islam sangat melarangnya.
Kedua, menegakkan harga diri lebih kontekstual melalui penguasaan ilmu pengetahuan (modern). Bukankah diri (seseorang) itu berharga, bernilai tinggi, bermutu jikalau memiliki kapasitas ilmu pengetahuan. Terlebih di era modernisasi, globalisasi yang penuh persaingan seperti sekarang ini. Orang yang punya harga hanya mengandalkan kekerasan tidak laku di pasaran. eksistensinya hanyalah mengisi kebudayaan di dalam tepian penjara. Ketiga, nilai keislaman haruslah menjadi tata laksana dan sumber inspirasi perubahan melalui olah pikir kritis (school of thought), bukannya sebatas tata laksana ritual (school of ritual) yang penuh warnah dalam kesalehan simbolik tapi miskin dalam kesalehan sosial. Titik tekan disini adalah jangan sampai kuasa agama dalam institusi publik kita tidak membawa kesejahteraan, perbaikan hidup bagi warga Madura (rahmatan lil madura). Selamat berkongres.
*) Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Anggota Forum Cendikiawan Madura Yogyakarta