Edhi Setiawan
Kurangnya publikasi yang serius sejak masa lalu mcngenai kebudayaan Madura, menyebabkan banyak orang beranggapan kebudayaan Madura merupakan kepanjangan budaya Jawa, padahal Madura mempunyai ciri-ciri kebudayaan sendiri. Kebudayaan Madura yang bersumber dari Keraton sedikit banyak terpengaruh oleh kebudayaan Keraton Jawa baik dalam bidang seni, tari, mocopat, bahasa, ataupun gending-gending gamelan. Hal ini tidak berarti Madura tidak mempunyai akar budaya sendiri. Ini bisa kita lihat perbedaan-perbedaan yang mencolok seperti dibawah ini:
- Dalam kesehariannya sifat-sifat orang Madura lebih egaliter, terbuka, berbeda dengan kebanyakan sifat orang Jawa yang mempunyai sifat “Ewuh Pakewuh”
- Dalam mencari rejeki orang-orang Madura sejak masa lalu berani merantau ke luar pulau Madura. Semangat “Mangan Ora Mangan Pokok Ngumpul” yang dilakukan orang Jawa tidak dilaksanakan orang Madura.
- Pada kosa kata bahasa Madura halus (kromo) pengaruh bahasa Jawa agak kental, namun bahasa Madura rakyat jelata (ngoko) perbedaannya amat tajam.
Contoh:
- Kepala dalam bahasa Madura halus disebut “Sera” yang hampir sama dengan bahasa Jawa halus “Sira”. Sedang dalam bahasa madura rakyat / kasar disebut “cethak”
- Perut dalam bahasa rakyat Madura disebut “tabu” berlainan dengan bahasa Jawa yang menyebut perut dengan kata “weteng”. Dalam hitung-hitungan satu dalam bahasa Madura disebut “settong” sedang bahasa Jawa disebut “siji”.
- Kerapan sapi merupakan budaya otentik Madura.
- Alat-alat musik yang dipakai di kalangan rakyat jelata Madura seperti saronen, gelundhang, kurang dikenal / ditemukan di Pulau Jawa.