Kebiasaan tersebut terjadi pada masyarakat yang latar pengatahuannya masih sangat rendah dan termasuk ke dalam kategori pandalungan. Bagi masyarakat tersebut orang yang bertikai itu sebagai aktor yang diposisikan layaknya pemeran protagonis dan antagonis.
Pengatahuan tragendi secara detail dijadikan referensi tentang sebuah kekuatan dan teknik, serta teknik carok. Kejadian ini seakan-akan membuat mereka bangga, lebih-lebih ketika andalannya menang dalam sebuah pertarungan. Anehnya, pelakunya menganggap sebuah prestasi yang gemilang dan penjara dianggapnya sebagai kantor megah bukan tempat yang menakutkan.
SUMBER: http://badriyadi.wordpress.com/