Oleh Moh. Rasul Mauludi
Nun jauh di ujung Timur kepulauan Madura, tepatnya di Kecamatan Sapeken terdapat jejak sejarah sebuah pulau kecil namun paling besar dari pulau-pulau lainnya. Nama pulau tersebut adalah Sepanjang. Ada kisah panjang dari cerita rakyat di sana yaitu asal mula Tèmbhuk Olo–Olo.
Tèmbhuk Olo-Olo merupakan cerita rakyat yang lestari secara tutur. Kisahnya demikian. Dahulu kala, di daerah Makassar, Sulawesi Selatan, ada seorang raja yang melaksanakan tugas ke luar kerajaan. Tugas yang diemban memakan waktu yang lama sehingga sang permaisuri harus ditinggalkan. Sebelum berangkat raja itu berpesan, “Isteriku, jika kamu hamil setelah keberangkatan saya, maka kehamilan itu bukan dengan saya”. Kata raja kepada permaisurinya. Sang permaisuri hanya diam dan menganggukkan kepala.
Sekian lama sang raja belum kembali, maka terdengarlah kabar bahwa permaisuri sedang hamil. Kabar tersebut terdengar oleh raja dan raja memutuskan untuk pulang meski tugasnya belum selesai. Akhirnya sang raja pulang ingin memastikan bahwa kabar permaisuri hamil itu benar.
Sesampainya di kerajaan, raja merasa senang dan bahagia. Raja berpikir bahwa kelak akan ada penerus tahta kerajaan. Di balik kebahagiaannya mulai muncul keraguan akan kehamilan permaisuri serta muncul kecurigaan kepada permaisuri. “Bagaimana ini, aku berharap di kerajaan ini ada putera mahkota yang akan menggantikanku kelak, tapi mengapa aku merasa kurang percaya dengan semua ini,” kata raja yang mulai ragu.
Raja berpikir tentang kebenaran bayi yang ada dalam kandungan permaisurinya adalah anak keturunannya. “Saya melaksanakan tugas dalam waktu yang sangat lama, bagaimana mungkin isteri saya bisa hamil?” Kalimat itu yang menghantui pikiran raja. “Jangan-jangan kehamilan itu bukan hasil hubungan denganku?” Gumam raja semakin meyakinkan bahwa keraguannya itu benar. Dan raja pun ingat dulu sebelum berangkat pernah berpesan pada sang isteri bahwa bila sang permaisuri hamil setelah keberangkatannya, maka kehamilan itu bukan dengan sang raja.
Pada suatu waktu, raja memanggil permaisuri. “Isteriku, aku ingin memastikan apakah bayi dalam kandunganmu itu adalah anakku?” tanya raja.
“Wahai, sang paduka raja. Bayi yang ada dalam kandungan hamba ini adalah benar-benar putera sang paduka raja!” Dengan meneteskan air mata sang permaisuri meyakinkan sang raja. Permaisuri mengaku tidak pernah sedikit pun melakukan hubungan gelap atau berbuat serong dengan orang lain selama ditinggalkan sang raja melaksanakan tugas.