Rakyat Sepanjang senang dan gembira bisa mengalahkan pasukan raja Makassar. Raden Panji Suri pun turut merayakan kemenangannya. Setelah merasa puas, satu persatu rakyat Sepanjang meninggalkan hutan belantara yang penuh dengan ceceran darah manusia.
Kepemimpinan Raden Panji Suri di pulau Sepanjang semakin dikenal. Rakyat Sepanjang pun merasa tidak salah menjadikan Raden Panji Suri sebagai pemimpin. Saat merayakan kemenangannya, Raden Panji Suri merasakan sesuatu yang tidak diinginkan. Tiba-tiba ia diserang oleh seekor anjing kesayangannya sendiri. Anjing itu mendadak stres dan mabuk serta mengamuk-ngamuk, mencakar-cakar tubuh Raden Panji Suri. Tak ayal lagi, dalam keadaan kaget Raden Panji Suri tergigit lehernya oleh anjing hitam yang tiba-tiba liar dan ganas itu. Perubahan karakter anjing itu disebabkan oleh hawa hutan yang bau amis darah manusia.
Darah mengalir deras dari leher Raden Panji Suri. Ia pun meninggal dunia di tengah hutan. Anjing dan kucing kebingungan setelah melihat tuannya tidak bergerak lagi. Keduanya berlarian menuju rumah tuannya untuk memberi tahu kepada isteri Raden Panji Suri.
Setibanya di rumah tuannya, anjing dan kucing itu langsung menggigit gaun isteri Raden Panji Suri dan menarik-nariknya keluar. Sang isetri heran dan tidak mengerti dengan tingkah kedua hewan itu. Seperti ada sesuatu yang terjadi untuk ditunjukkan pada dirinya. Isteri Raden Panji Suri pun menuruti kedua hewan itu.
Anjing dan kucing yang sambil menggigit gaun isteri Raden Panji Suri membawanya ke hutan dan kemudian berhenti di dekat tubuh Raden Panji Suri yang tergeletak tidak bernafas lagi. Begitu kagetnya sang isteri itu, ia belum merasa percaya bahwa Raden Panji Suri sudah meninggal dunia. Sang isteri menggerak-gerakkan tubuh Raden Panji Suri, namun meski berkali-kali digerak-gerakkan, tetap saja tidak ada tanda-tanda Raden Panji Suri masih hidup atau bisa ditolong.
Isteri Raden Panji Suri dan kedua hewan itu sangat sedih. Raden Panji Suri tidak tertolong lagi dan mereka harus kehilangan selamanya. Kesedihan yang memuncak membuat permaisuri Raden Panji Suri tidak bisa berpikir panjang lagi. Akhirnya permaisuri bertanya kepada kedua hewan kesayangannya, “Kita sudah tidak punya Raden lagi dan rasanya hidup hanya sia-sia tanpa Raden. Sekarang apakah kalian sudah siap untuk mati?” tanya isteri Raden Panji Suri pada kedua hewan itu. Anjing dan kucing menganggukkan kepalanya pertanda sudah siap untuk mati.
Kemudian isteri Raden Panji Suri mengambil senjata berbentuk belati yang tertancap di tubuh Raden Panji Suri, lalu menikamkan ke perut anjing dan kucing sehingga kedua hewan itupun mati di sisi Raden Panji Suri. Setelah membunuh kedua hewan kesayangannya, isteri Raden Panji Suri menghunuskan belati pada perutnya sendiri, lalu ia pun meninggal di sisi Raden Panji Suri dan kedua hewan kesayangannya. Ketiganya telah bunuh diri menyusul tuan mereka.