memimpin. Disebutkan dalam salah satu sumber bahwa Daeng Karaeng Mushalleh datang ke Giliyangdalam dua tahapan tahap yang pertama dalam rangka observasi sedangkan untuk tahap yang kedua, bertujuan untuk berdomesili bersama kelurganya . Dalam tahapan pertama daeng Karaeng Mushalleh berangkat ke Giliyangseorang diri. Konon beliau diantar oleh Ikan Hiu besar sampai bisa menemukan tempat yang beliau cari yaitu sebuah pulau yang terbentang ditas mentari.
Ada suatu yang menarik disini tatkala ia menentukan tempat berupa pulau yang tebentang diatas mentari ( Giliyang). Ini jelas ada kaitannya dengan para pendahulu mereka yang berangkat terlebih dahulu dari kota makasar. Dilihat dari kacamata historis ada semacam pertalian antara andang taruna Jaya Pranadan daeng dalesung khususnya dengan keluarga besar Daeng Karaeng Mushalleh. Sebab secara logika tidak mungkin menuju langsung ke Giliyangtanpa di beritahu oleh para pendahulunya. Itulah kenapa Daeng Karaeng Mushalleh membulat tekatnya untuk membabat sekaligus berda’wah ke Giliyang.
[1] Masalleh merupakan penyebutan yang masyhur masyarakat Giliyang, sedangkan dalam bahasa arab tertulis Mushalleh berasal dari kata shaluha yang berarti baik. Lalu diikutkan wazan fa’ala Mushalleh ( isim fail dari shallaha) yang berarti orang yang memperbaiki. Oleh karena dalam penyebutan nama selanjutnya penulis menyebut ejaan arabnya ( Mushalleh).
Tulisan serumpun: