Menurutnya, secara periodik Suku Bajo bermigrasi dari Pulau Lingga (Riau) sejak abad ke-14 sampai abad ke-17 menuju pantai barat Kalimantan. Dari sini mereka lalu menyebar ke Sulu (Filipina) dan pantai-pantai di Pulau Sulawesi. Kalau melihat hipotesa Sopher tersebut, bisa jadi asal mula Suku Bajo berawal dari Pulau Lingga, yang sekarang secara administrasi berada di Provinsi Riau Kepulauan. Lain lagi dengan hipotesa yang diajukan ahli lingusitik AK Pallesen dan ahli etnografi HA Nimmo.
Dilihat berdasarkan bahasa yang dipakai kelompok tersebut, Pallesen dan Nimmo berpendapat, Suku Bajo berasal dari Mindanao, Filipina. Menurutnya, pada abad ke-10 itulah mereka lalu menyebar ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Terlepas dari asal mulanya, keberadaan Suku Bajo di Indonesia tergolong unik. “Mereka hanya mendiami kawasan pantai yang memiliki potensi ikan yang berlimpah.
Hasil riset Nagatsu menunjukkan, dimana ada Suku Bajo tinggal, di situlah dasar lautnya memiliki kualitas terumbu karang yang masih terjaga dengan baik,” ujar Prof Dr Aris Poniman, profesor riset yang baru-baru ini mendalami distribusi spasial Suku Bajo di Indonesia. Begitu juga keberadaan Suku Bajo di Pulau Sapeken. Riset memang membuktikan, perairan di Sapeken, Kangean, dan sekitarnya masih memiliki terumbu karang yang bagus.
Kelimpahan terumbu karang inilah yang menjadi daya tarik bagi beragam jenis ikan untuk memijah, membesarkan, tempat bermain bagi anak-anak ikan, berlindung, mencari pakan, dan lain-lain. Singkat kata, terumbu karang yang baik menunjukkan kelimpahan biota laut yang besar. Begitu juga sebaliknya, terumbu karang yang hancur hanya menyisakan padang pasir yang sunyi dari kehidupan biota laut.
Amazing! Its really remarkable paragraph, I have got much clear idea regarding from this piece of writing.
mwantep polll
sukses selalu
semoga bermanfaat bagi kita semua