Itulah sebabnya, tak ada Suku Bajo yang tinggal di pesisir utara Jawa. Mereka tahu, selain terumbu karang sudah hancur, perairannya juga kotor akibat parahnya pencemaran dari hasil aktivitas manusia di daratan Pulau Jawa. Kondisi semacam ini jelas sangat sulit untuk memburu ikan, udang, lobster, dan lain-lain.
Terdampar di Sepekan
Lalu dari manakah Suku Bajo yang sekarang ini menetap di Pulau Sapeken? Berdasarkan beberapa kajian, menilik bahasa dan logat yang dipakai, mereka berasal dari Sulawesi Selatan. Konon, menurut cerita dari mulut ke mulut, mereka terdampar di pulau tersebut dan tidak dapat keluar selama satu pekan (satu minggu).
Dari sinilah lalu pulau kecil itu dinamakan Pulau Sapeken. Kini, pulau tersebut didominasi komunitas Suku Bajo. Hampir separo dari jumlah penduduk itu dihuni oleh Suku Bajo. Sisanya, berasal dari Suku Bugis, Madura, Jawa, Bali, Sunda, dan Aceh. Seluruh penduduk tersebut memeluk agama Islam. Kendati kegiatan kebudayaan didominasi oleh Suku Bajo, mereka tetap hidup rukun dan damai.
Ini dikarenakan mereka tetap menjunjung tinggi budaya dan adat suku lainnya seperti Madura, Jawa, Bali, dan Bugis. Bagi Suku Bajo, tinggal di Pulau Sapeken memiliki kenyamanan tersendiri. Selain perairannya masih bersih, lingkungan ekosistem lautnya juga masih sehat. Letaknya juga terbilang strategis, yakni dikelilingi pulau-pulau Kangean, Pagerungan Kecil, Pagerungan Besar, Saur, Sakala, dan lain-lain.
Amazing! Its really remarkable paragraph, I have got much clear idea regarding from this piece of writing.
mwantep polll
sukses selalu
semoga bermanfaat bagi kita semua