Oleh Syaf Anton Wr
Drs. Abdurrahman, mantan Bupati Sumenep (1963 – 1974) dalam bukunya “Sejarah Madura, Selayang Pandang”, menyebutkan bahwa menurut cerita purbakala (± tahun 78) datanglah Aji Saka dari Negeri Campa yang memperkenalkan kebudayaan Hindu ke Pulau Jawa dan Madura. Dan saat itulah diadakan perhitungan tahun saka dan memperkenalkan huruf:
anacaraka
data sawala
padajayanya
magabatanga
Artinya:
dua orang pengikut aji saka
tersentuh dalam perkelahian
sama-sama menunjukkan kekuatan
mereka hancur lebur berantakan
Lalu beberapa abad kemudian, diberitakan bahwa ada satu negara yang disebut Mendangkamulan dan berkuasalah seorang raja yang bernama Sanghyangtunggal. Dan saat itu pulau Madura terpecah belah, yang tampak ialah Gunung Geger (Bangkalan) dan Gunung Payudan (Sumenep). Yang sebelumnya antara pulau Jawa dan Madura menjadi satu. Konon, gempa dahsyat yang diikuti banjir serta gempa besar telah menutupi daratan bagian ujung timur pulau Jawa itu.
Lalu bagaimana pulau yang tenggelam itu pada akhirnya dihuni orang?
Dalam legenda dikisahkan, bahwa Raja Sanghyangtunggal mempunyai anak gadis bernama Bendoro Gung. Pada suatu waktu anak tersebut hamil dan diketahui ayahnya. Tapi Bendoro Gung selalu merahasiakan kenapa hingga terjadi kehamilan. Akhirnya Raja marah dan mengutus pepatihnya yang bernama Pranggulang untuk membunuh Bendoro Gung. Setibanya di hutan, lalu ia menghunus pedangnya dan mengayunkannya ke leher gadis itu. Tetapi sesaat pedang menyentuh leher mangsanya pedang tersebut lalu jatuh ke tanah, hingga berulang kali. Akhirnya Pranggulang meyakini, bahwa hamilnya bendoro Gung beukan lantaran perbuatannya sendiri.
Menarik sekali membaca sejarah yang kita punya, mungkin dari sini kita bisa membaca masa depan kita.
Dan masa lalu tentunya