Dukka ronjangan memang sudah ada sejak dahulu. Siapa yang mula-mula melakukan tidak ada yang mengetahui, yang jelas permainan ini memang sudah ada dan digemari oleh masyarakat petani. Kemungkinan karena alat permainan ini adalah alat yang biasa digunakan untuk menumbuk padi, maka semula alat-alat tersebut berfungsi untuk menumbuk padi, tetapi karena ketukan- ketukan akibat terbenturnya gentongan (alu) dengan ronjangan (tempat untuk menumbuk padi) menimbulkan bunyi yang berlainan, maka hal itu melahirkan suatu keinginan untuk menyerasikan bunyi itu sedemikian rupa sehingga enak kedengarannya.
Bunyi yang berlainan itu diperoleh dari tumbukan-tumbukan gentongan (alu) pada tempat-tempat yang berlainan di ronjangan, yaitu di bagian dalam, sisi atau di bagian ronjangan yang tebal dan juga karena alu (alat penumbuk padi) itu dibuat dari bahan yang tidak sama. Begitulah dukka ronjangan tidak saja terjadi karena sedang menumbuk padi di ronjangan, tetapi juga terjadi waktu sedang tidak menumbuk padi yaitu untuk mengisi waktu terluangnya dengan hiburan. Akhirnya orang-orang mengkhususkan diri pada pukulan di bagian tertentu di ronjangan yang menimbulkan bunyi tertentu pula. Sehingga dalam permainan kelompok, setiap orang sudah mempunyai keahlian pada bagian-bagian bunyi tertentu.
Permainan dukka ronjangan sebagai salah satu permainan rakyat tradisional, mempunyai arti yang sangat penting dalam meningkatkan nilai-nilai budaya, terutama bagi pelaksana permainan ini, karena permainan tersebut menunjukkan rasa keakraban antara penduduk sehingga sifat kegotong-royongan terpupuk terus.
Dukka ronjangan itu sendiri merupakan suatu permainan yang bersifat hiburan, di mana sifat kompetitif tidak ada sama sekali. Akan tetapi, permainan ini mengandung dua unsur gabungan, yakni unsur bermain dan berolah raga sehingga para pemain terlibat menikmatinya; dan unsur olah raga yang terlihat pada fungsi permainan ini cocok untuk melatih ketrampilan. Selain itu, para pelaku yang memainkan permainan ini di samping bermain juga dapat menghasilkan. Maksudnya, ketika para pelaku sedang menumbuk padi maka hasil tumbukannya dapat menjadi beras. Oleh karena itulah, seperti yang telah disebutkan di atas mereka lebih senang menumbuk padinya untuk dijadikan beras darf’pada menggunakan mesin penggiling padi (huller).
Apabila kita kaji latar belakang sosial budaya permainan dukka ronjangan, di mana permainan tersebut berasal dari permainan para petani, yang di dalam pelaksanaannya tidak memandang stratifikasi sosial mau pun tingkat pendidikan maka permainan ini benar-benar merakyat. Kemudian permainan ini juga mendukung semangat mereka untuk berekreasi sambil berolah raga. Tehnik memainkan permainan dukka ronjangan itu hanya .memerlukan ketrampilan pada pukulan di bagian tertentu di ronjangan dan pendengaran yang tajam, sehingga menimbulkan bunyi tertentu pula. Dan dalam permainan kelompok, setiap orang sudah mempunyai bagian-bagian bunyi tertentu sehingga pada waktu permainan ini dimainkan dapat menimbulkan irama-irama yang enak didengar.