Dukka Ronjangan Permainan Bersifat Hiburan

Nilai-nilai yang terkandung dalam permainan ini tampak sekali, yang kesemuanya tergambar dari latar belakang permainan saat para pelaku memainkan dukka ronjangan. Ada pun nilai-nilai yang terkandung, antara lain:

  1. Rasa solidaritas. Di sini kesadaran antar warga terasa sekali, misalnya jika terdengar suara “dung-dung” yang berasal dari pukulan gentong atau alu pada ronjangan mengajak menumbuk padi, maka akan berduyun-duyunlah mereka mendatangi suara itu. Begitu pula suara “dung-dung” bukan hanya untuk mengajak menumbuk padi, tetapi dapat pula suara itu sebagai pemberitahu­an bahwa ada salah seorang warga yang dapat musibah umpama­nya kematian. Di sinilah terlihat rasa solidaritas di antara warga masih teijalin dengan baik.
  2. Kegotong-royongan. Di sini faktor kegotong-royongan yang tampak yakni ketika mengajak menumbuk padi, maka mereka beramai-ramai menumbuk padi. Dalam melakukan dukka ronjang­an, suara dari gentong ke sisi maupun ke dalam ronjangan oleh para pelakunya dilakukan saling bersahutan sehingga menimbulkan irama yang enak kedengarannya, karena masing-masing pemain atau pelaku mempunyai tugas bagian bunyi yang tertentu sehingga mereka tetap pada posisi tertentu. Artinya, ia harus berada di bagi­an mana dan harus memukul bagian mana serta gentong yang mana pula yang harus menjadi pegangan. Selanjutnya, walaupun dukka ronjangan ini hanya dimainkan oleh kaum wanita bukan berarti kaum pria tidak boleh turut campur. Akan tetapi kaum pria turut pula membantu yakni mengeluarkan dan mengusung bersama-sama ronjangan itu ke luar dari tempat penyimpanannya, begitu pula kalau selesai bermain diusung kembali oleh kaum pria. Di sinilah letak kegotong-royongan dari dukka ronjangan sehingga antar warga terjadi keakraban yang sangat erat.
  3. Unsur relegius. Unsur keagamaan pada dukka ronjangan juga menonjol, di sini dapat dilihat yakni permainan dukka ronjangan selain untuk menghibur juga berkainan dengan upacara-upacara selamatan. Biasanya sebelum dukka ronjangan dimainkan untuk kepentingan apapun juga, terlebih dahulu harus dilakukan pem­bakaran kemenyan dan disediakan menangan (tempat sirih pi­nang). Maksudnya, adalah agar dewi sri tidak marah. Hal ini, karena ronjangan yang merupakan alat atau tempat padi ditumbuk ak an d ipergunakan.

Apabila dilihat dari latar belakang para pelaku dukka ronjang­an, di mana para pelakunya hanya terdiri dari wanita yang berusia antara lima belas tahun sampai tiga puluh tahun. “Hal ini, karena fisiknya masih kuat. Sebenarnya dapat saja wanita yang berusia kurang dari lima belas tahun, tetapi umumnya permainannya masih kurang mantap sebab mereka masih belajar. Sedangkan wa­nita yang berusia di atas tiga puluh tahun biasanya sudah tidak begitu kuat lagi berdiri lama-lama untuk menumbuk padi apa lagi bermain-main dukka yang memakan waktu yang agak lama.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.