Oleh karena itulah tugasnya hanya mengajar, membina, menilai dan kalau perlu membenarkan permainan dari gadis-gadis petani itu untuk tahu cara bermain dukka agar bunyi irama dukka ronjangan menjadi serasi dan enak didengar. Kesatuan bunyi yang serasi itu dapat mengandung irama-irama tertentu, misalnya ngondu asem (menganduh asem), nyambeli sape (menyembelih sapi) dan se- bagainya.
Karena dengan hal yang demikian, maka dukka ronjangan dari fungsi menghibur di kalangan terbatas, kemudian fungsi menghiburnya lebih meluas lag] dengan bermain di waktu ada selamatan perkawinan atau khitanan. Selanjutnya, dukka dapat pula dimanfaatkan untuk memberitakan kematian.
Sampai sekarang perkembangan dukka ronjangan makin mantap, meskipun tidak ada organisasi akan tetapi banyak yang menggemarinya .yang kesemuanya dilakukan secara spontan. Artinya kalau terdengar bunyi dukka, maka berdatanganlah wanita-wanita di sekitarnya untuk turut serta memainkan. Selain permainan tradisional ini dapat dipertahankan terus, maka juga sifat-sifat tradisional seperti gotong royong untuk saling membantu dalam kehidupan apapun juga terkait erat dengan permainan ini, artinya masih terus hidup. Sekali pun banyak pengaruh dari luar datang sebagai akibat sistem komunikasi dengan dunia luar makin membuka, tetapi tidaklah banyak mempengaruhi permainan.
Pada masa yang lalu orang yang memiliki ronjangan itu terbatas, tetapi sekarang hampir setiap keluarga yang memiliki sawah mempunyai ronjangan sekali pun kualitasnya tidak semua baik. Oleh karena itulah, dukka ronjangan hingga sekarang bagi para petani menjadi alat komunikasi yang efektif mengingat rumah mereka satu dengan yang lain berjauhan.
Dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Nilai Budaya Dalam Permainan Rakyat Madura- Jawa Timur. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya, 1991. hlm.42-52, dari http://jawatimuran.wordpress.com/
Artikel bersambung;