Dibalik Eksotisme Pulau Madura

Kedua, cerita tentang Musappat. Dia adalah orang biasa, bertani, memelihara atau beternak sapi atau kambing sebagaimana orang kebanyakan di sekitarnya. Dia baik hati. Suka membantu, menolong, bergaul, dan rasa persaudarannya sangat kuat. Namun apa yang terjadi ketika ada sesuatu yang menyinggung perasaannya ? Seperi juga orang-orang kebanyakan di sekitarnya, dia akan menantang carok pada siapa saja yang telah menyakiti hatinya. Bahkan setelah terjadi carok, antara dua orang yang bergumul tidak akan segan-segan saling membunuh satu sama lain. Peristiwa seperti itu sudah biasa. Artinya, tindakan kekerasan yang biasanya menggunakan celurit ini bukanlah hal yang tabu

Di pulau Madura, carok mendapatkan legitimasi secara kultural. Di mata mayoritas orang Madura, carok bukanlah hal yang patut dipolisikan. Carok adalah hal yang sah-sah dan wajar-wajar saja terjadi ketika ada pertikaian. Bahkan pelaku carok yang memenangkan pertarungan bukan dicap sebagai pembunuh, melainkan sebagai ksatria hebat yang dengan itu strata sosialnya dapat semakin tinggi. Oleh karena itu, tidak heran katika seorang jago dalam carok akan sangat disegani.
Pemicu carok ini paling banyak adalah sakit hati karena diganggu istri dan attau anak putrinya oleh orang laki-laki, utang piutang, masalah warisan, salah paham, dan lain sebagainya. Sebagaimana yang ditunjukkan data dari Kepolisian Resort Bangkalan Tahun 1994, latar belakang terjadinya carok yang terjadi di Madura (khususnya di Bangkalan) ini biasanya dilatar belakangi oleh paling banyak pertama (50,9%) karena gangguan terhadap istri; karena salah paham (24%); tanah harta warisan (7,5%); utang piutang (9,4%); dan lain-lain (7,5%). Jumlah kasus pada tahun tersebut sebanyak 207 kali

Ormas keagamaan seperti NU dan Muhammadiyah yang ada dipulau ini sangat diperlukan peranannya dalam persoalan ini. Para steakholder dari organisasi tersebut harus betul peka dalam menghadapi isu-isu seperti itu. Hal itu perlu dilakukan juga dalam rangka mengawal Madura pasca pembangunan jemabatan Suramadu (Fathor Rahman JM)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.