Keraton Sumenep berdiri diatas tanah milik pribadi Pangeran Natakusuma alias Panembahan Somala, disebelah timur keraton lama milik Ratu R. Ayu Rasmana Tirtanegara. Di depan keraton, ke arah selatan berdiri Pendapa Agung, dan di depannya berdiri Gedong Negeri didirikan oleh Pemerintah Belanda. Pembangunan Gedong Negeri untuk menyaingi kewibawaan Keraton Sumenep, karena disinyalir oleh mata-mata Belanda bahwa Adipati Sumenep sering mengadakan rapat rahasia dengan para pejabat-pejabat yang menentang Belanda
Disebelah timur Gedong Negeri tersebut berdiri pintu masuk Keraton Sumenep, yang disebut Labang Mesem. Di pintu gerbang itu para penjaga bersikap ramah-tamah kepada para tamu, sehingga para tamu selalu tersenyum. Di bagian pojok disebelah timur bagian selatan berdiri Taman Sare (tempat pemandian putera-puteri Adipati).
Sedangkan di halaman belakang keraton sebelah timur berdiri dapur, sebelah barat berdiri sisir (tempat tidur para pembantu keraton, emban, dayang-dayang puteri Adipati), di sebelah barat terdapat sumur. Di depan sumur agak ke arah barat berdiri Keraton Ratu R. Ayu Rasmana Tirtanegara, dan di depannya berdiri pendapa.
Tetapi di jaman pemerintahan Sultan Abdurrachman pendapa tersebut dipindahkan ke Asta Tinggi dan disitu didirikan Kantor Koneng. Di sebelah selatan Kantor Koneng, di pojok sebelah barat pintu masuk berdiri pendapa (paseban).
Pada mulanya antara keraton dengan pendapa letaknya terpisah, namun pada masa pemerintahan Sultan Abd. Rachman Pakunataningrat, kedua bangunan tersebut dijadikan satu deret. Di sebelah selatan Taman Sare berdiri Pendapa atau Paseban dan sekarang dijadikan toko souvenir.