menghendaki/menentukan hadirnya sebuah FN yang pada umumnya termasuk FN tak bernyawa (inanimate) dan FN itu secara semantik berperan mengalami proses yang menyatakan FV. Dengan demikian FN itu dinyatakan berperan pasientif. Frasa Verba la mangkat (2) tergolong frasa Verbal yang berciri aksi. Frasa Verbal aksi hanya menandai sebuah FN yang tergolong benda bernyawa (pada umumnya manusia) yang memiliki potensi untuk berinisiatif melakukan tindakan (instigator). Oleh karena itu, FN tersebut berperan agentif.
Verba para’ melleh (3) berciri aksi dan proses. Secara umum Frasa Verbal tersebut termasuk transitif. Frasa Verbal yang berciri aksi dan proses menghendaki dua FN, yang sebuah berperan “agentif” (yang berposisi di depan FV) dan yang sebuah lagi berperan “pasientif” (yang berposisi dibelakang FV). FN yang berperan agentif termasuk bernyawa, manusia, sedangkan yang berperan pasientif termasuk FN bernyawa atau tak bernyawa.
Frawley (dalam Subroto 2002) membagi frasa kerja ke dalam dua ranah, yaitu
(1) peristiwa statis dan (2) peristiwa aktif yang bersifat dinamis. Peristiwa statis dikaitkan dengan frasa Verbal yang bermakna keadaan, sedang peristiwa dinamis, dikaitkan dengan proses, aksi, atau aksi dan proses.
Sejalan dengan Frawley, Quirk, yang telah disebutkan di depan, juga membagi frasa Verbal atau tepatnya Verba secara lebih spesifik ke dalam dua kelas. Setiap kelas Verba mempunyai subkelas. Secara lengkap, pembagian kelas dan subkelas Verba menurut pakar ini dilengkapi dengan contoh bahasa Madura adalah sebagai berikut:
(a) Verba dinamis meliputi:
- Verba aktivitas: membaca (madura: macah), bermain (amaen), dan sebagainya
- Verba proses: berubah (aoba), tumbuh (tombu), pecah (besa), dan sebagainya
- Verba sensasi tubuh: merasa (arassah), sakit (sake’),
- Verba peristiwa transisional: jatuh (labu), menghilang (elang)
- Verba momentan: melompat (alonca’), mengetuk (noktok)
(b) Verba statif meliputi
- Verba dengan persepsi dan pengertian lamban seperti: benci (beji’), marah (peggel)
- Verba relational: memiliki (andhi’) (Quirk dalam Sumarlam 2004)
Pembedaan ini juga dapat diaplikasikan dalam frasa Verbal bahasa Madura. Dalam bahasa Madura, frasa Verbal dapat dikategorikan berdasarkan jenis Verbanya yaitu Verba yang menunjukkan peristiwa statis dan Verba yang menunjukkan peristiwa dinamis. Contoh peristiwa statis ada dalam frasa asokoh pa’ empa dalam kalimat korseh asokoh pa’ empa (kursi berkaki empat), sedang contoh peristiwa aktif ada dalam frasa ngangka’ sokoh dalam kalimat Ale’ ngangka’ sokoh (Adik mengangkat kaki). Untuk membedakan keduanya, dapat dilakukan dengan melihat ciri-ciri pembeda tiap jenis peristiwa yaitu:
(1) Peristiwa aktif mengijinkan dipakainya adverbia preppa’eng (sedang) seperti dalam kalimat Ale’ preppa’eng ngangka’ sokoh (Adik sedang mengangkat kaki) sedang dalam kalimat statif tidak.
(2) Peristiwa aktif dapat menjawab pertanyaan badha apah? (apa yang terjadi), sedang kalimat statif tidak dapat.
(3) Peristiwa aktif dapat dibuat dalam kalimat perintah seperti kalimat Angka’ skonah le!’ (Angkat kakimu dik!), sedang kalimat statis tidak. (tidak mungkin ada kalimat imperatif asokoh empa’ korseh/ berkaki empat kursi!
(4) peristiwa aktif dapat berdistribusi dengan Adverbia kalaban tengateh, atau laonan, atau adverbia lainnya; seperti dalam kalimat Ale’ ngangka’ sokonah kalaban tengateh (Adik mengangkat kakinya dengan hati-hati), sedangkan peristiwa statis tidak. Sementara itu, Tadjudin
bro, izin mengkopi ya. terima kasih atas tulisannya yang mencerahkan
Oke Boos
trimakasih ya atas ilmunya.kalau bisa tolong kirimi software kamus bm madura ke email saya ini: imam hnf@yahoo.com.juga mintak situs2 b.madura& kemaduraan.
coba lihat disini: