dan Quirk (dalam Sumarlam, 2004) lebih jauh mencatat ada empat macam situasi frasa Verba dengan ciri-ciri semantisnya masing-masing berdasarkan pada aspektualitas inheren Verba yang tercermin dalam prilaku sintaksisnya antara lain; situasi pungtual, situasi aktivitas, situasi statis, dan situasi statif
(1) situasi pungtual oleh Tadjudin disebut situasi lintas batas, dan Verbanya oleh Quirk disebut “Verba Peristiwa Transisional”. Contoh Verba pungtual hádala kata tiba (Madura:dapa’), jatuh (labu), menendang (nendang), memukul (nokol), menghilang (elang), dan datang (dateng). Secara sintaksis, subkelas Verba pungtual dibedakan menjadi dua tipe: subkelas Verba yang tidak dapat bervalensi dengan sedang (preappa’eng) seperti Verba dapa’, labu, dan dateng; dan subkelas Verba yang dapat bervalensi dengan sedang preppa’eng seperti menendang (nendang), memukul (nokol)
(2) situasi yang kedua yaitu aktivitas merupakan situasi dinamis yang berlangsung pada poros waktu yang berkembang, seperti Verba membaca (macah), menulis (noles), berjalan (ajalan), berlari (aberka’), menggambar (agambar), dan bernyanyi (anyanyi). Secara sintaksis, Verba jenis ini dapat bervalensi dengan kata sedang (preppa’eng), dan selesai (mareh)
(3) situasi statif atau keadaan, yang bersifat homogen, keberlangsungannya bersifat tetap, taFNa disertai perubahan atau gerakan, dan keberlangsungannya tidak memerlukan tenaga atau usaha (kecuali jika terjadi sesuatu yang menyebabkan terputusnya keadaan itu) seperti Verba tahu (ngerteh), cinta (terro), percaya (percajah), mendengar (ngeding), melihat (ngabas). Secara struktural dalam tataran sintaksis, subkelas Verba Statif dapat bervalensi dengan adverbia makin (sajan) yang menyatakan tingkat atau derajat.
(4) situasi statis merupakan situasi yang tersendiri, berbeda baik dari keadaan (statif) maupun dari aktivitas. Situasi statis keberlangsungannya tidak homogen, terbatas waktunya. Situasi ini juga bersifat duratif seperti aktivitas yang keberlangsungannya juga memerlukan usa atau tenaga. Contoh Verba jenis ini ádalah: duduk (toju’), tidur (tedung), bersandar (nyander), berbaring (agentang). Secara sintaksis subkelas Verba ini dapat bervalensi dengan kata sedang (preppa’eng), atau disertai oleh adverbia durasi waktu lama (abit), sebentar (sakejja’), tetapi tidak lazim bervalensi dengan kata selesai (mareh) (sumarlam, 2004)
- Simpulan
Dari beberapa konstruksi frasa Verbal beserta diagram pohon frasa Verbal bahasa Madura yang telah dibahas pada bagian sebelumnya, kita dapat menyimpulkan beberapa hal yaitu:
(1) Seluruh susunan frasa baik Verbal Simpleks dan Verbal Kompleks bahasa Madura mengandung Verba di dalamnya, baik itu berupa satu Verba, maupun Verba yang ada dalam frasa Verba yang lebih kecil.
(2) Frasa Verbal dalam kalimat dapat berfungsi sebagai Subjek, Predikat, Objek, Keterangan, dan Pelengkap dari kalimat tersebut.
(3) Berdasarkan pada bisa tidaknya konstituen itu dibagi lagi, frasa Verbal dibagi menjadi dua yaitu Simpleks dan Kompleks. Berdasarkan posisi konstituen induk dan konstituen attribut, maka frasa Verbal dibagi menjadi empat jenis, yaitu frasa Verbal Koordinatif, frasa Verbal Modifikatif, frasa Verbal Komplementatif, dan frasa Verbal Kompound
(4) Yang dapat menjadi attribut dari Verba/FV adalah FP, FN dan FA. Sedang Adjektiva/Frasa Adjekiva (Fadj) tidak dapat menjadi attribut dari Verba/FV karena A/FAdj tidak pernah dijumpai muncul setelah atau sebelum frasa Verbal dalam bahasa Madura kecuali dalam konstruksi Komplementatif, baik itu yang simpleks maupun yang kompleks. A/FAdj biasanya hanya muncul setelah atau sebelum Nomina/FN, seperti contoh “mera matanah“ (merah matanya) dan “matanah mera“ (matanya merah)
(5) Verba yang ada dalam frasa Verbal dapat dikategorikan ke dalam tiga jenis berdasarkan pada ada tidaknya Nomina yang mendampinginya, yaitu Transitif, Intransitif, dan Ditransitif. Verba Transitif adalah Verba yang didampingi atau memerlukan Nomina sebagai Objek dalam kalimat aktif. Nomina yang berfungsi sebagai Objek dalam kalimat transitif aktif dapat berfungsi sebagai Subjek dalam kalimat transitif pasif. Verba ngakan, ngettok, madang, agabay, dan ngenom adalah contoh dari Verba Transitif karena mereka memerlukan Nomina guddhu (untuk Verba makan),
bro, izin mengkopi ya. terima kasih atas tulisannya yang mencerahkan
Oke Boos
trimakasih ya atas ilmunya.kalau bisa tolong kirimi software kamus bm madura ke email saya ini: imam hnf@yahoo.com.juga mintak situs2 b.madura& kemaduraan.
coba lihat disini: