Analisa
Gempuran merupakan permainan anak-anak yang sangat digemari oleh para penggemarnya, di mana sekelompok anak laki-laki dengan puasnya melempar rekan sepermainan dengan sebuah bola. Dan di tengah halaman rumah terlihat pecahan-pecahan tembikar atau kereweng yang berserakan. Dilihat dari peralatan yang mereka pergunakan, seperti halnya dengan pecahan tembikar, kereweng atau gerabah dan bola yang terbuat dari sisa-sisa kain perca atau pun dedaunan pisang kering yang digulung-gulung sampai berbentuk bola, maka dapat dipastikan bahwa permainan ini merupakan permainan anak-anak petani yang sangat sederhana.
Jika dilihat dari kata yang menjadi permainan gempuran itu sendiri sudah menunjukkan asal-usul permainan ini, karena kata gempur sering dipergunakan untuk menyebut suatu aktivitas menghancurkan atau meruntuhkan atau merobohkan. Menghancurkan batu, cadas, tebing atau meruntuhkan bukit, tanggul, semuanya dikatakan dengan kata “digempur”. Dan aktivitas ini banyak terjadi pada usaha pertanian.
Selanjutnya kalau kita memperhatikan alat-alat yang dipergunakan juga sangat sederhana. Pecahan gerabah, kereweng atau tembikar, sangatlah mudah diperoleh karena benda-benda itu merupakan sisa-sisa peralatan rumah tangga yang dibuat dari kalangan kehidupan pedesaan. Biasanya penduduk desa di samping sebagai petani mereka juga membuat kerajinan dengan industri gerabahnya. Hal ini pada umumnya mereka lakukan untuk mengisi kekosongan waktu ketika akan menunggu panen tiba.
Alat yang lainnya, yakni bola; Bola terbuat dari sisa-sisa perca atau daun pisang kering yang digulung-gulung berbentuk bola kecil, dan dililit dengan tali apa saja yang dapat diperoleh di sekitarnya, atau anak-anak yang telaten sering menggunakan anyaman janur. Pohon ini pun banyak diperoleh di desa-desa di mana pohon kelapa tumbuh tidak terlalu tinggi. Bola ini juga dihasilkan dari alam pertanian setempat.
Selain itu ada pula istilah yang menunjukkan latar belakang budaya pertanian, yakni untuk menyebut “nilai” sebagai angka kemenangan yang diperoleh dalam permainan dikatakan dengan kata “sawah”. Jadi untuk menyebut setiap nilai diibaratkan memperoleh “sawah”. Dengan demikian dapatlah dikesimpulkan bahwa permainan ini muncul sebagai kreativitas anak-anak dengan berlatar belakang sosial budaya agraris.
Hal seperti tersebut di atas dapatlah dikatakan bahwa permainan gempuran adalah permainan anak-anak petani, karena pada dasarnya bahwa permainan apa pun tidak akan dapat meninggalkan warna kehidupan budaya masyarakat yang dimilikinya. Seperti diketahui masyarakat pedesaan yang mata pencaharian pokoknya adalah agraris di mana dalam kehidupan bermasyarakatnya masih bergotong royong. Hidup bergotong-royong ini telah tertanam dalam kehidupannya sebagai ciri dari masyarakat tersebut. Ada pun kehidupan bergotong-royong ini dapat pula dikatakan dengan keija sama untuk mencapai sesuatu, walau pun demikian kadang-kadang keija sama tidak identik dengan gotong-royong. Tetapi yang dimaksud di sini identik dengan gotong-royong, karena gotong-royong tidak dapat dipisahkan dengan keija sama untuk mencapai sesuatu yang diinginkan, misalnya dalam permainan. Salah satunya adalah permainan gempuran itu tadi.
Permainan gempuran seperti yang telah disebutkan sebelumnya, yakni suatu permainan yang muncul karena adanya kegiatan untuk menghancurkan atau merobohkan tanggul yang sehubungan dengan aktivitas dari usaha pertanian, misalnya untuk mendapatkan air. Air bagi masyarakat petani sangat diperlukan, karena itu mereka berusaha dengan mengalirkan air atau membuat sungai baru sehingga seluruh desa dapat dialiri air. Dalam hal ini pembagian air yang merata sehingga semua masyarakat desa yang mempunyai sawah ladang mendapatkan bagian air secara merata. Kehidupan ini dilakukan oleh masyarakat desa dengan bergotong-royong, sehingga kerukunan teijalin dengan baik. Kerukunan untuk bergotong royong merupakan bagian dari kehidupan masyarakat desa yang harus mereka tanamkan. Untuk itu mereka mengungkapkan kepada anak-anak melalui permainan, di antaranya permainan gempuran.
Kapan permainan itu sendiri mulai dimainkan, dan oleh siapa mula-mula melakukannya tidak banyak diketahui. Yang jelas, permainan itu sudah ada sejak dahulu. Kemungkinannya timbul karena sebagai kreativitas yang diilhami oleh latar belakang budaya agraris.
Gempuran itu sendiri sebagai suatu permainan hiburan, sifatnya kompetitif, karena si pemain berusaha untuk memenangkan permainan. Dan di dalam permainan tersebut terkandung dua unsur gabungan, yakni unsur bermain dan berolah raga. Dalam suatu permainan yang tidak sungguh-sungguh, sehingga anak benar-benar menikmatinya sebagai permainan yang sangat menghibur. Unsur olah raganya terlihat pada fungsi permainan yang cocok untuk melatih ketangkasan dan ketrampilan anak-anak sehingga gerak badan yang ditimbulkan seolah-olah sedang berolah raga. Sebagai suatu permainan, gempuran dimainkan tanpa takut mengalami konsekuensi kekalahan, yang ada dalam perasaan mereka adalah rasa puas yang bersifat sementara jika menjadi pemenang. Sebaliknya rasa tidak puas yang bersifat sementara bagi yang kalah. Hal ini tampak apabila telah selesai bermain maka anak-anak akan bersatu kembali, seolah-olah kelompok yang kalah dan yang menang tidak ada sama sekali.
Apabila kita kaji latar belakang sosial budaya permainan ini, di mana permainan tersebut berasal dari kalangan para petani yang dalam pelaksanaannya tidak memandang stratifikasi sosial maupun pendidikan.” Jadi siapa saja boleh turut dalam memainkan, sehingga permainan gempuran muncul sebagai suatu permainan yang benar-benar merakyat. Kemudian mendukung semangat mereka berkreasi sambil berolah raga, karena itulah pada dasarnya permainan ini tidak akan dapat meninggalkan warna kehidupan masyarakat agraris yang dimilikinya.
Selanjutnya, juga dalam masyarakat agraris kehidupan bergotong-royong selalu tertanam karena ini merupakan ciri yang khas dari latar belakang budaya agraris. Akan tetapi yang dimaksud gotong-royong dalam bentuk permainan ini, yakni adanya keija sama yang dikaitkan dengan kehidupan masyarakat. Kerja sama di dalam permainan ini terlihat adanya keija sama untuk memainkan permainan, yakni untuk mencapai sesuatu yang diinginkan, dalam hal ini kemenangan. Ada pun istilah di dalam permainan gempuran angka kemenangan yakni “sawah”. Nilai-nilai yang terkandung dalam permainan gempuran ini, antara lain: rasa gotong-royong, demokrasi, persatuan dan kepatuhan.