- Unsur gotong royong. Kegotong-royongan dalam melakukan permainan ini sangat tampak, yang dimaksud dengan kegotong-royongan dalam permainan seperti yang telah disebutkan di atas, yakni keija sama untuk mencapai sesuatu. Misalnya, ketika salah seorang dari anggota kelompok A (pelempar bola) tidak berhasil melemparkan bola ke arah tumpukan gerabah, maka tugasnya digantikan oleh temannya yakni dari kelompok yang sama. Begitu pula bagi kelompok B (besang), apabila lawannya (kelompok A) berhasil melempar dan mengenai sasaran tumpukan gerabah, maka bola harus segera ditangkap dan lalu melemparkannya kepada temannya yang sekelompok agar segera menembakkan ke arah salah satu tubuh lawan (kelompok A). Jadi maksudnya, agar kelompoknya (kelompok B) berganti fungsi jadi pelempar bola. Dengan demikian di sini tampak sekali keija sama di antara para pemain.
- Unsur demokrasi. Yang dimaksud dengan demokrasi di sini adalah dalam pemilihan kawan sekelompok, yakni mereka membanding-bandingkan sesama pemain agar dua orang yang berlawanan itu setidak-tidaknya sebaya, sama tinggi dan sama kuat, sehingga dua kelompok itu mempunyai dua kekuatan yang sama. Caranya, yakni dengan melakukan “suten”. Pihak yang menang bergabung dengan kelompok yang menang dan yang kalah bergabung dengan yang kalah.
- Unsur persatuan. Rasa persatuan di dalam memainkan permainan ini tampak, yakni ketika kelompok A akan melawan kelompok B. Di sini masing-masing anggota kelompoknya bersatu sehingga menjadi suatu permainan yang benar-benar kompak.
- Kepatuhan Ketika salah satu kelompok telah berhasil memenangkan sawahnya dengan jumlah yang telah ditentukan sebelumnya, maka kelompok yang menang itu harus digendong oleh kelompok yang kalah. Hal ini merupakan konsekuensi dari kalah menangnya suatu permainan yang harus dilaksanakan.
Selain unsur-unsur tersebut di atas, dalam permainan ini tampak adanya pengembangan fisik mau pun mental. Dalam pengembangan fisik yakni ketangkasan dan ketrampilan, sedangkan dalam pengembangan mental yakni kecermatan karena dapat memperkirakan. Contohnya, ketika salah seorang dari anggota kelompok A akan meruntuhkan tumpukan gerabah, di sini tampak bahwa si pelempar dengan cermat dan dapat
Pada saat ini permainan gempuran mengalami kemunduran bahkan hampir punah, padahal permainan tersebut sebagai salah satu bentuk kreatifitas yang sehat. Banyak nilai edukatif yang terkandung dalam permainan ini, akan tetapi permainan ini kurang mendapat perhatian. Hal ini. dikarenakan para pendidik dan orang tua kurang menyadari manfaat permainan ini bagi perkembangan anak-anak. Malahan kadang kala dianggap permainan yang mengganggu, karena rusaknya halaman, debu yang beterbangan, kegaduhan suasana dan mengganggu lalu lintas orang di tepi jalan atau pun di halaman rumah. Atau dapat pula karena anak-anak lebih menyenangi permainan yang sudah modern, karena masuknya teknologi modern memperkirakan bisa meruntuhkan tumpukan gerabah.
Dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Nilai Budaya Dalam Permainan Rakyat Madura- Jawa timur. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya, 1991. hlm. 82-91. Dari http://jawatimuran.wordpress.com