Pada saat Kerajaan Medangkamulan diperintah Sang Hyang Tunggal, berkali–kali diserang musuh yang berasal dari negeri Cina. Akibat peperangan ini rakyat Medangkamulan hampir habis dibunuh musuh. Dalam keadaan susah dan bingung Raja Sang Hyang Tunggal memohon kepada Yang Maha Kuasa supaya diberi pertolongan. Akhirnya pada suatu malam rajapun bermimpi bertemu dengan seorang tua yang berkata bahwa di sebuah pulau yang bernama Madu Oro ( Lemah Duro = Madura ) terdapat anak muda bernama Raden Segoro, raja disuruh minta pertolongan kepada Raden Segoro bila ingin menang perang.
Keesokan harinya raja memerintahkan patihnya untuk membawa beberapa perahu dan prajurit untuk meminta pertolongan Raden Segoro. Sesampainya di tanah Madura pada awalnya prajurit Medang Kamulan ini ingin membawa paksa Raden Segoro ke perahu, namun disitu terjadi keanehan yaitu para prajurit itu seluruhnya lumpuh tidak punya daya dan terjadi tiupang angin yang sangat kencang yang ingin menenggelamkan perahu-perahu itu.
Akibat kejadian tersebut akhirnya patih Kerajaan Medang kamulan minta ampun kepada Raden Segoro dan ibunya. Ibu Raden Segoro selanjutnya memanggil Kiai Poleng. Kiai Poleng datang dan matur kepada ibu Raden Segoro supaya Raden Segoro bisa dibawa ke Kerajaan Medangkamulan untuk membantu peperangan melawan tentara Cina. Raden Segoro pun berangkat bersama rombongan itu dengan membawa pusaka tombak Kiai Nenggolo. Kiai poleng pun ikut serta, tetapi tidak menampakkan diri kepada orang lain, selain Raden Segoro.
Sesampainya di Kerajaan Medang kamulan, rombongan ini terlibat peperangan dengan tentara Cina. Raden Segoro bertempur luar biasa dengan didampingi Kiai Poleng. Dengan menunjuk saja tombak Kiai Nenggolo ke arah musuh, musuhpun menjadi sakit secara mendadak, dan akhirnya berusaha meninggalkan kerajaan Medangkemulan dan sebagian besar mati. Dengan kemenangan tersebut raja membuat pesta besar-besaran dan memberi penghormatan kepada Raden Segoro. Raden Segoro juga diberi gelar ”Tumenggung Gemet” oleh raja Medang kamulan.
Raja Medang kamulan berkeinginan untuk menjadikan Raden Segoro sebagai menantu, dan mengantarkannya diiringi sang patih dan prajurit pilihan. Disertai pula surat ucapan terima kasih kepada ibu Raden Segoro. Raja bertanya kepada Raden Segoro tentang siapa nama ayah Raden Segoro, maka Raden Segoro pun menjawab bahwa masih akan menanyakan hal tersebut kepada ibunya.
Sesampainya di Nepah ketika para prajurit yang mengantarkan telah pulang, Raden Segoro bertanya kepada ibunya, tentang siapa nama ayahnya. Sang ibu sangat kebingungan harus menjawab apa, namun sang ibu menjawab bahwa ayahnya seorang siluman. Maka seketika itu pula ibu, Raden Segoro, dan rumahnya (Keraton Nepa) lenyap (muksa).
Demikian Riwayat asal mula penduduk tanah Madura. Hikmah dari cerita ini oleh para tetua di Madura dikesankan bahwa Raden Segoro membalas hutang eyangnya yang menghinakan ibunya dan membuang ibunya dengan pembalasan yang baik, yaitu membantu memenangkan peperangan. Selanjutnya diceritakan bahwa raden Segoro sebagai orang siluman dikemudian hari beristri Nyi Roro Kidul.
Dikisahkan pula beberapa tahun kemudian senjata Kiai Nenggolo dan Kiai Aluquro oleh Raden Segoro diberikan kepada Pangeran Demang Palakaran ( Kiai Demong ) dari desa Plakaran (sekarang desa Plakaran di Kecamatan Jrengik Kabupaten Sampang) yang kemudiaan menjadi Bupati Arosbaya ( Bangkalan ). Hingga saat ini kedua tombak pusaka tersebut masih menjadi tombak pusaka Bangkalan. Juga menurut keparcayaan orang tua –tua Kiai poleng menjadi pembantu Pangeran Demang Palakaran dan keturunnya.
Sumber: id.scribd.com