Nikmah Suryandari
Indonesia adalah negara kepulauan dengan keberagaman etnis, suku, budaya, agama dan keyakinan, adat istiadat. Kondisi keberagaman ini rawan memicu konflik karena masyarakat terbagi ke dalam kelompok-kelompok sesuai dengan afiliasi budaya, etnis, agama dan lainnya. Madura sebagai salah satu kelompok etnis di Indonesia yang dikenal memiliki karakteristik kultural yang unik dengan segala stigma dan stereotype yang melingkupinya.
Menurut Taufiqurrahman (2007) identitas budaya Madura itu dianggap sebagai deskripsi dari generalisasi jati diri indivi dual maupun komunal etnik Madura dalam berperilaku dan ber kehidupan. Kehidupan mereka ditempat asal maupun di peran tauan kerapkali membawa dan senantiasa dipahami oleh komunitas etnik lain atas dasar identitas kolektifnya itu. Akibatnya, tidak jarang diantara mereka mendapat perlakuan sosial maupun kultural secara fisik dan atau psikis yang dirasakan kurang proporsional.
Tulisan ini mencoba membahas mengenai identitas kultural masyarakat Madura dari perspektif komunikasi antar budaya.
Fenomena Lunturnya Kebanggaan Identitas Kultural Masya rakat Madura
Saya pernah menanyakan kepada beberapa orang Madura mengenai daerah asal mereka. Dari jawaban mereka ada fakta menarik tentang identitas kultural mereka. Mereka yang berasal dari wilayah timur Madura, yaitu Sumenep menjawab bahwa mereka dari Sumenep, bukan dari Madura. Orang Sumenep enggan mengakui dirinya sebagai orang Madura. Sedangkan orang yang berasal dari Bangkalan, ada yang menjawab kalau mereka berasal dari Surabaya utara. Ada apa dengan jawaban mereka? Bagaimana identitas kultural yang mereka miliki sebagai orang Madura? Gambaran diatas dapat menimbulkan kerawanan akan lunturnya identitas kultural mereka ditengah gempuran budaya global.
Madura dapat dikatakan merupakan entitas budaya yang unik, dan dapat dibedakan dengan budaya-budaya lain negeri ini. Batasan mengenai Madura itu sendiri cukup dilihat dari parameter bahwa suatu unsur budaya tersebut dapat mencirikan identitas Madura, maka dapat dikatakan sebagai budaya Madura. Melalui bahasa Madura, dialek Madura akan dengan mudah diketahui sebagai budaya Madura. Bahasa merupakan elemen penting yang menjadi unsur penjelas identitas kultural sesorang.
Saat ini sering kita temui budaya Madura tidak mendapat porsi semestinya bahkan oleh masyarakatnya sendiri. Orang Madura malu mengakui kemaduraanya, dan lebih bangga dengan identitas lainnya. Sebagai sebuah label identitas, yang pada gilirannya me nunjukkan eksistensi kita di dalam sebuah komunitas yang lebih besar, seharusnya Madura menduduki posisi yang lebih terhormat dan membanggakan si pengguna label tersebut. Nyatanya, identitas kemaduraan, kini, tidak lagi dianggap penting.
Keengganan orang Madura mengakui identitas etnis dan asal mereka kiranya dapat dimaklumi karena selama ini persepsi orang di luar Madura cenderung negatif sehingga komunitas mereka cenderung termarginalkan. Hal ini menimbulkan “image trau matik.” Identitas diri orang Madura semakin tidak dapat dikenali karena ada kecenderungan bertindak escapistic (melarikan diri) saat berinteraksi sosial di perantauan. Dalam kata lain, mereka “melepaskan identitasnya” yang merupakan ciri khas dan karak teristik etnisitas sesungguhnya yang sebenarnya tetap melekat erat pada dirinya. Hal tersebut nampaknya justru tidak kita temukan pada kelompok etnis lain, yang biasanya justru bengga dengan penggunaan bahasa daerah mereka di perantauan.
Dalam konteks ini, budaya Indonesia dan barat (global) dapat dikategorikan sebagai budaya asing dan baru bagi budaya Madura, sehingga berbahasa Indonesia khususnya bahasa gaul bagi remaja dianggap lebih bergengsi dibanding berbahasa Madura. Kondisi ini menjadikan semakin banyak orang Madura yang tidak lagi berbahasa Madura, bahkan saat berbicara dengan sesama orang Madura. Orang tua juga semakin jarang mengajarkan pada anak-anaknya untuk berbahasa Madura di rumah. Mereka lebih senang mendidik anaknya dengan bahasa Indonesia. Dari fenomena di atas dapat diamati bahwa luntur atau hilangnya identitas kultural bukan berarti mengokohkan identitas nasional (identitas bangsa) namun malah merapuhkan keberadaan identitas nasional sehingga dikha watirkan akan hilang di telan derasnya serangan budaya global.
Terkikisnya kebanggan identitas kultural Madura ini tentu memprihatinkan karena berkaitan dengan eksistensi budaya Ma dura dan orang Madura, baik yang di Madura maupun di peran tauan. Dalam konteks relasi pada masyarakat majemuk, identitas kulural Madura harus tetap dipertahankan. Hal ini bukan semata didasarkan pada ikatan emosional semata apalagi etnosentrisme kesukuan, melainkan lebih pada fakta bahwa dalam realita sehari-hari kita memang memiliki lebih dari satu identitas. Disamping identitas kebangsaaan sebagai bangsa Indonesia, kita adalah ang gota etnis tertentu, penganut agama atau kepercayaan tertentu dan sebagainya.