Menurut Samovar dan Porter (Liliweri, 2001) untuk mengkaji komunikasi antarbudaya perlu dipahami hubungan antara kebu dayaan dengan komunikasi. Melalui pengaruh budayalah manusia belajar komunikasi, dan memandang dunia mereka melalui kate gori-kategori, konsep-konsep, dan label-label yang dihasilkan ke budayaan. Kemiripan budaya dalam persepsi memungkinkan pemberian makna yang mirip pula terhadap suatu objek sosial atau peristiwa. Cara-cara manusia berkomunikasi, keadaan ber komunikasi, bahkan bahasa dan gaya bahasa yang digunakan, peri laku-perilaku non-verbal merupakan respons terhadap dan fungsi budaya.
Asumsi yang mendasari batasan tentang komunikasi antar budaya adalah bahwa individu-individu yang memiliki budaya yang sama pada umumnya berbagi kesamaan-kesamaan dalam keseluruhan latar belakang pengalaman mereka daripada orang yang berasal dari budaya yang berbeda. Dengan memberikan penekanan baik kepada perbedaan-perbedaan kultural yang sesungguhnya maupun perbedaan-perbedaan kultural yang dipersepsikan antara pihak-pihak yang berkomunikasi, maka komunikasi antarbudaya menjadi sebuah perluasan bagi studi komunikasi antarpribadi, komunikasi organisasi dan kawasan-kawasan studi komunikasi antarmanusia lainnya.
Menurut Rahardjo (2005) komunikasi antarbudaya merujuk pada fenomena komunikasi dimana partisipan yang berbeda latar belakang kultural menjalin kontak satu sama lain secara langsung maupun tidak langsung. Ketika komunikasi antarbudaya mempersyaratkan dan berkaitan dengan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan kultural antara pihak-pihak yang terlibat maka karakteristik-karakteristik kultural dari para partisipan bukan merupakan fokus studi. Titik perhatian dari komunikasi antar budaya adalah proses komunikasi antara individu dengan individu dan kelompok dengan kelompok.
Jadi melalui budaya kita bertukar dan belajar banyak hal, karena pada kenyataannya siapa kita adalah realitas budaya yang kita terima dan pelajari. Untuk itu, saat komunikasi menuntun kita untuk bertemu dan bertukar simbol dengan orang lain, maka kita pun dituntut untuk memahami orang lain yang berbeda budaya dan perbedaan itu tentu menimbulkan bermacam kesukaran dalam kelangsungan komunikasi yang terjalin.
Memahami budaya yang berbeda dengan kita juga bukanlah hal yang mudah, dimana kita dituntut untuk mau mengerti realitas budaya orang lain yang membuat ada istilah ‘mereka’ dan ‘kita’ dalam situasi seperti itulah manusia dituntut untuk meng ungkap identitas orang lain. Dalam kegiatan komunikasi, identitas tidak hanya memberikan makna tentang pribadi individu, lebih dari itu identitas menjadi ciri khas sebuah kebudayaan yang melatarbelakanginya. Dari ciri khas itulah nantinya kita dapat mengungkapkan keberadaan individu tersebut.
Identitas Kultural Madura di Era Global
Menurut Rifai (2007), tidak berbeda dengan suku bangsa Indonesai lainya, dalam menghadapi tantangan masa depannya masyarakat Madura juga tengah mengalami perubahan besar yang pesat jika dibandingkan dengan sebelumnya. Membaiknya sarana komunikasi dan transportasi khususnya dengan beropersinya jembatan Suramadu, telah meningkatkan frekue nsi terjadinyahubungan, persinggungan, dan interaksi masyarakat Madura dengan masyarakat luar. Oleh karena itu batas-batas kebudayaan Madura dengan segala kekhasan sistem tata nilainya telah mulai mengabur apabila dipertentangkan dengan kebudayaan dan peradaban suku-suku bangsa lainnya.
Adanya jembatan Suramadu menjadikan semakin mudahnya akses bagi orang luar untuk memasuki Madura dengan segala konsekuensi logisnya. Industrialisasi Madura menjadikan identitas kultural Madura berada di kancah global. Kondisi ini diharapkan menjadikan identitas kultural Madura semakin menguat, dan bukannya terisolasi dalam relasi multi etnis yang kompleks.
Ditengah pesatnya kemajuan teknologi informasi, masyrakat Madura masih menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional maupun kearifan lokal yang telah lama berakar kuat. Dalam masyarakat Madura banyak dikenal pepatah adat yang dijadikan sebagai falsafah hidup dan menjadi identitas kultural tersendiri tersendiri bagi masyarakat madura. Bila dipelajari dengan seksama pepatah-pepatah adat Madura, serta fakta-fakta dalam masyarakat seperti masalah perkawinan, sistem kekerabatan, kedudukan dan peran, orang tua, guru dan pemimpin. Melalui falsafah tersebut kita dapat membaca konsep-konsep hidup dan kehidupan yang ada dalam pikiran orang Madura.
Salah satu tujuan adat pada umumnya termasuk Madura adalah membentuk individu yang berbudi luhur, manusia yang berbudaya, dan beradab. Adat ini jugalah yang telah diteruskan secara turun temurun dari generasi ke generasi oleh masyarakat Madura sehingga menjadi ciri budaya dari orang madura. Ciri budaya ini jugalah yang kemudian memiliki peran tertentu dalam interaksi orang Madura dengan orang lain yang berbeda latar belakang budaya.
—————————————
Tulisan bersambung:
Identitas Kultural Masyarakat Madura: Tinjauan Komunikasi Antar Budaya (1)
Identitas Kultural Masyarakat Madura: Tinjauan Komunikasi Antar Budaya (2)
Identitas Kultural Masyarakat Madura: Tinjauan Komunikasi Antar Budaya (3)