Interaksi Sosial Orang Madura Rantau

Alternatif adaptif biasanya juga dilakukan oleh orang Madura di perantauan dalam hal penggunaan bahasa. Dalam pergaulan sehari-hari, seperti di tempat-tempat publik, bahasa lokal biasanya sudah merupakan bahasa komunikasi dan interaksi sosial perantau Madura dengan penduduk setempat. Sebagai sarana interaksi sosial, penguasaan bahasa lokal ternyata tidak hanya untuk mengekspresikan diri, tetapi juga menjadi sarana untuk mempermudah akses terhadap sumber daya ekonomi lokal. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan para perantau Madura dalam menguasai sektor-sektor ekonomi informal adalah karena kemampuannya menguasai bahasa lokal dengan baik sesuai dengan tujuan-tujuan interaksi sosial seperti di atas. Namun demikian, mereka tetap menggunakan bahasa Madura terutama di kalangan internal keluarga atau dengan sesama etnik Madura.

Ironisnya, bagi sementara orang Madura alternatif eskapistik yang menjadi pilihan strategi interaksi sosial di perantauan. Pengusaan bahasa lokal justru dijadikan tameng untuk menyembunyikan identitas ke-Madura-an mereka. Lebih menyedihkan lagi, kadangkala bagi kelompok ini penggunaan bahasa lokal – khususnya bahasa Jawa – justru merupakan suatu kebanggaan. Mereka nampak merasa lebih bangga jika terkesan dirinya sebagai “orang Jawa” daripada harus diketahui sebagai orang dari etnik Madura. Dalam kasus ini, alternatif strategi yang mereka pilih adalah eskpistik. Secara kultural, pilihan alternatif strategi ini tanpa disadari oleh yang bersangkutan sangat merugikan perkembangan masyarakat dan kebudayaan Madura ke depan.

Bila semua perantau Madura demikian, bukan suatu kemustahilan jika suatu saat masyarakat dan kebudayaan Madura lambat laun akan pudar oleh karena sikap dan perilaku orang Madura sendiri. Lebih-lebih jika orang Madura yang berada di pulau Madura sendiri juga “terperangkap” oleh sikap dan perilaku yang sama yang pada saat ini sudah nampak semakin menggejala.

(Makalah dipresentasikan dalam “Diskusi Budaya Madura Masa Kini” yang diselenggarakan oleh Asisten Deputi Urusan Hubungan Antar Budaya, Deputi Bidang Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Tgl. 15-16 Agustus 2004 di Hotel Utami Sumekar, Sumenep).

Response (1)

  1. Sekedar sharing info buku hasil penelitian saya tentang Madura Perantauan yg bertajuk: “Madura Perantauan: Kompleksitas dan Harmoni yang Tak Tuntas” terbitan Intelegensia,, Malang (cet.I, Januari 2016). Semoga bermanfaat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.