Aplikasi Kekinian
Rekonstruksi Kapal Borobudur yang telah dilakukan dua kali terbukti menarik perhatian masyarakat internasional. Yoshiyuki Yamamoto dan Philip Beale adalah warga negara asing yang terhenyak dan takjub melihat kemegahan mahakarya agung yang dibuat oleh nenek moyang Bangsa Indonesia. Merekapun tidak sekedar terpana dan menyimpan kenangan di Candi Borobudur dalam sebuah album foto. Untuk Yamamoto dan Philip, Candi Borobudur mampu menghipnotis dan menginpirasi mereka untuk menafsirkan kesejatian relief kapal di Candi Borobudur menjadi sebuah keniscayaan, mengurai mimpi menjadi kenyataan.
Tentunya ini menjadi kabar positif bagi pengembangan potensi wisata bahari di tanah air, bahwa Indonesia memiliki warisan maritim yang pantas dilestarikan dan menarik perhatian masyarakat internasional. Sudah terbukti di Negara-negara lain bahwa warisan nasional suatu bangsa bisa mendatangkan devisa bagi negara dan ujungnya meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan penduduknya. Spanyol adalah salah satu contohnya. Dengan mengembangkan potensi wisata matador yang beradu dengan banteng sebagai warisan nasionalnya, Spanyol bisa mendatangkan berjuta wisatawan untuk datang menyaksikannya sekaligus mendatangkan berjuta euro bagi pendapatan devisa negaranya. Berapa ribu wisatawan asing dan berapa ribu dolar yang bisa didapatkan Indonesia bila Indonesia membuat International Sailing Race dengan menggunakan Kapal Borobudur dalam even The Borobudur Challenge ?
Selain itu Kapal Borobudur juga memberi inspirasi tentang penggunaan layar tanjak untuk menggerakkan kapal-kapal nelayan. Disaat dunia sedang menghadapi krisis energi berbahan bakar fosil sekarang ini, sudah sepantasnya dicari terobosan baru untuk menghilangkan ketergantungan pada bahan bakar fosil / minyak bumi secara bertahap. Sudah sekian puluh tahun bahan bakar fosil digunakan, tentunya akan mengalami penyusutan dalam jumlahnya, sehingga tidak mengherankan banyak sumur minyak bumi yang mulai menyusut.
Salah satu akibatnya kemudian adalah terjadinya goncangan pada harga minyak mentah dunia yang sempat menembus level 100 US$ per barel pada tahun 2008 yang lalu. Akibatnya banyak nelayan yang tidak melaut akibat regulasi pemerintah menaikkan harga solar sebagai dampak dari tingginya harga minyak mentah dunia.
Saat ini harga minyak mentah dunia berada di ambang batas kewajaran berkisar antar 60 – 70 US$ per barel. Namun kondisi ini masih dalam keadaan ketidakpastian. Kemungkinan terjadinya lonjakan harga minyak mentah dunia masih bisa terjadi di tahun-tahun mendatang.
Teknologi Kapal Borobudur dengan tenaga utama menggunakan layar tanjak dapat memberi alternative pemecahan terhadap masalah ini. Sehingga nelayanpun masih bisa melanjutkan aktifitas melautnya, tanpa tergantung dengan naik turunnya harga solar.
Sebagai penutup, “Tidak ada alasan untuk tidak optimis akan masa depan. Mari menata masa depan dengan menoleh ke masa lalu, tanpa menguburkannya”, seperti ucapan Juwono Sudarsono (Masyarakat Versus Negara, Paradigma Baru membatasi Dominasi Negara, Kompas, 2001).
*Penulis adalah alumni FTK ITS. Ikut sebagai crew Ekspedisi Kapal Borobudur. Saat ini sedang mempersiapkan rekonstruksi Kapal Majapahit dan akan dilayarkan ke Jepang pada tahun 2010.
*****
(Penulis adalah alumni FTK ITS. Ikut sebagai crew Ekspedisi Kapal Borobudur. Saat ini sedang mempersiapkan rekonstruksi Kapal Majapahit dan akan dilayarkan ke Jepang pada tahun 2010-sumber: bibob24.blogspot.com/)