Ketiga, upacara ritual yaitu Sandhur Pantel. Masyarakat petani atau masyarakat nelayan tradisional Madura menggunakan upacara ritual sebagai sarana berhubungan dengan mahluk gaib atau media komunikasi dengan Dzat tunggal, pencipta alam semesta.Setiap melakukan upacara ritual media kesenian menjadi bagian yang tak terpisahkan dari seluruh proses kegiatan. Masyarakat Madura menyebutnya sandhur atau dhamong ghardham, yaitu ritus yang ditarikan, dengan berbagai tujuan antara lain, untuk memohon hujan, menjamin sumur penuh air, untuk menghormati makam keramat, membuang bahaya penyakit atau mencegah musibah, adapun bentuknya berupa tarian dan nyanyian yang diiringi musik.
Keempat, seni pertunjukan berupa kerapan sapi dan topeng dalang. Perlombaan memacu sapi pertama kali diperkenalkan pada abad ke 15 (1561 M) pada masa pemerintahan Pangeran Katandur di keraton Sumenep. Permainan dan perlombaan ini tidak jauh dari kaitannya dengan kegiatan sehari-hari para petani, dalam arti permainan ini mem berikan motivasi kepada kewajiban petani terhadap sawah ladangnya dan disamping itu agar petani meningkatkan produksi ternak sapinya.
Seni pertunjukan selanjutnya adalah topeng dalang, konon topeng dikatakan sebagai kesenian yang paling tua. Adapun bentuk topeng yang di kembangkan di Madura berbeda dengan topeng yang ada di Jawa, Sunda dan Bali. Topeng Madura pada umumnya lebih kecil bentuknya dan hampir semua topeng diukir pada bagian atas kepala dengan berbagai ragam hias. Ragam hias yang paling populer adalah hiasan bunga melati. Adapun penggambaran karakter pada topeng dalang selain tampak pada bentuk muka juga dalam pemilihan wama, untuk tokoh yang berjiwa bersih digunakan wama putih, wama merah untuk tokoh tenang dan penuh kasih sayang, wama hitam untuk tokoh yang arif dan bijaksana bersih dari nafsu duniawi, kuning emas untuk tokoh yang anggun dan berwibawa, wama kuning untuk tokoh yang pemarah, licik dan sombong.
Namun sangatlah disayangkan, kekaguman yang pemah dibangun oleh para dalang di masa lalu, saat ini mulai pudar karena tidak adanya peminat, kesenian ini mulai berkurang terutama di masyarakat perkotaan, karena dianggap ketinggalan zaman. Saat ini pementasannya hanya dilakukan di daerah pinggiran yang masih peduli dan mencintai kesenian ini. Seni teater tradisional yang dimiliki suku bangsa Madura menunjukkan betapa tinggi nilai budaya yang dimiliki oleh suku bangsa ini. Nilai-nilai adiluhur yang berlandas kan nilai keagamaan, seharusnya diperkenalkan kembali kepada generasi penerus sebagai pemilik sah atau pewaris budaya. Apalagi regenerasi serta pelestarian dikemas dalam bentuk yang luwes dan fleksibel sesuai dengan perkembangan yang ada. Sebagaimana wali songo menjadikan media kesenian sebagai sarana dakwah tanpa kehilangan nilai-nilai filosofi serta jati diri.
Keunikan yang lain dari budaya Madura adalah pada dasarnya dibentuk dan dipengaruhi oleh kondisi geografis dan topografis masyarakat Madura yang kebanyakan hidup di daerah pesisir, sehingga mayoritas penduduk Madura memiliki mata pencaharian sebagai nelayan. Ada beberapa jenis kebudayaan suku Madura yaitu antara lain :
Beberapa Kekayaan Budaya Madura
- Macopat (Mamaca)
Macopat atau juga ada yang menyebutnya dengan mamaca, merupakan kebudayaan madura yang juga bisa dikategorikan berbentuk kesenian. Tembang yang ditulis dengan bahasa jawa ini dilantunkan dengan syair-syair tertentu, atau juga yang dikanal dengan istilah tembeng.
Biasanya dalam pembacaan macopat ini terkadang diringi dengan alunan musik, dan yang sering dengan menggunakan seruling.
- Ritual Ojung
Pelaksanaan ritual Ojung dalam bentuknya sejenis permainan yang melibatkan dua orang untuk beradu fisik dengan dilengkapi media rotan berukuran besar sepanjang 1 meter sebagai alat memukul.ritual ini biasanya diselenggarakan agar segera turun hujan dan terhindar dari malapetaka akibat kekeringan musim kemarau.Dan biasanya diiringi dengan musik yang jarang dijumpai di daerah lain yang terdiri dari 3 buah dung-dung (akar pohon siwalan) yang dilubangi di tengahnya sehingga bunyinya seperti bas, dan kerca serta satu alat musik kleningan sebagai pengatur lagu.