Perbedaan yang sangat mencolok pada tipe bangunan hunian ini membuat kita menyadari adanya pengklasifikasian dalam hidup bermasyarakat baik disadari secara langsung maupun tidak. Seperti yang terjadi pada kampung nelayan Bandaran ini, dimana terdapat bangunan yang modern seperti yang perlihatkan pada gambar di atas sangat mencolok. Pemilik bangunan ini pada umumnya seorang juragan yang mempunyai perahu lebih dari satu, merupakan nelayan yang memiliki modal yang cukup banyak seperti yang disebutkan pada sub bab penggolongan masyarakat nelayan. Bangunan rumah hunian yang ini mengikuti perkembangan model rumah daerah perkotaan. Terletak pada jalur utama yang dekat dengan fasilitas umum.
Pada daerah tertentu di kampung nelayan ini kita dapat menemukan beberapa rumah yang tipikal terdapat pada satu halaman yang luas. Pada umumnya penghuni rumah tersebut masih ada hubungan persaudaraan antara satu dengan yang lain. Yang mana pola ini yang diterapkan pada arsitektur tradisional Madura meskipun bentukan bangunannya telah melenceng dari bentukan bangunan tradisionalnya. Namun kadang kala terdapat bangunan yang setipe namun berupa bangunan kontrakan.
Di lain saat kita melihat berbagai macam hunian yang sangat sederhana. Seperti ungkapan ”rumah menunjukkan siapa penghuninya”. Penghuninya yaitu mereka yang berprofesi sebagai nelayan yang bermodal kecil (nelayan tradisional). Nelayan tradisional kesulitan mendapatkan modal atau mengembangkan modalnya karena tidak ada lembaga keuangan yang menopang perekonomian mereka. Akibatnya, untuk mengatasi kesulitan keuangan, nelayan banyak yang lari ke rentenir (lintah darat). Disebabkan karena mereka tidak dapat bersaing dengan para juragan-juragan yang bermodal lebih besar. Keterpurukan inilah yang selalu menjadi sorotan di media massa yang mana secara garis besar kampung-kampung nelayan yang berada di pesisir pantai maupun di sekitar alur sungai merupakan daerah yang berpotensial menambah angka kemiskinan di Indonesia. Masyarakat komunitas ini masih memakai jamban umum karena tidak setiap hunian mempunyai jamban di dalam rumah.
Paradigma lainnya yang muncul berupa pola hidup yang ditimbulkan oleh borjuisme sangat kental pengaruhnya bagi masyarakat. Pola hidup konsumtif, serba instans dan berpikir kekuasaan merupakan inti dari kehidupan borjuisme yang hidup dalam masyarakat pada umumya. Satu hal lain dari gerak urat nadi paradigma borjuisme adalah kapitalisme. Paradigma ini mencoba untuk mengetengahkan kekuatan modal sebagai daya pancing yang bertujuan untuk membuat individu atau masyarakat serba tergantung pada kekuatan kapital (modal). Kapitalisme yang beratiliasi dangan materialisme telah masuk ke ranah masyarakat dengan begitu dahsyatnya, sehingga masyarakat terbawa oleh paradigma ini dan menjadi sangat bergantung pada kekuatan modal. Efek semuanya adalah masyarakat mulai berpikir dan bertindak dengan modal. Pola interaksi masyarakat berdasarkan apa yang dapat diraih dan keuntungan apa yang dapat dicapai begitu pula yang terjadi pada masyarakat kampung nelayan ini.