Arsitektur dapat dipandang sebagai hasil interaktif antara manusia dengan alamnya, ia mewujudkan diri dari bentuk keseimbangan yang dinamis antara kondisi yang obyektif (teraga) dan subyektif (tidak teraga) dalam penghayatan dan penyesuaian dengan lingkungan alam. Manusia harus belajar terlebih dahulu dan harus menciptakan syarat-syarat sendiri untuk dapat menyesuaikan diri dengan hukum alam pada umumnya dan lingkungan alam khususnya dimana dia hidup. Kelebihan manusia dari mahluk hidup lainnya adalah bahwa manusia memiliki kekuatan yang unik dimana ia sadar mempelajari cara-cara mengatur kekuatan alam dan kemudian menyesuaikan diri padanya.Dengan demikian manusia, memiliki kemampuan untuk mengubah dan mengolah alam lingkungannya dengan keterampilan, pengetahuan dan teknologinya, dilain pihak manusia memiliki daya adaptasi terhadap lingkungan alamnya (asimilasi). Arsitektur menurut teori ini adalah status dimana manusia sudah dapat beradaptasi dengan lingkungannya dalam bentuk keseimbangan teknologi dan alam. Jika anggapan diatas itu benar kita tarik kedalam ruang arsitektur sebagai hunian dan lingkungan, kelihatannya arsitektur dapat berperan banyak dalam merealisasikan adaptasi manusia dan lingkungan alam.
Belum lagi masalah ekonomi dan sosial tuntas, nelayan juga dipusingkan oleh kali Bngkalan yang menjadi dangkal dan kering sehingga perahu nelayan sulit berlabuh. Akibatnya sebagian besar dari nelayan menambatkan perahunya di pantai yang jaraknya cukup jauh dari rumah mereka sehingga mereka mengalami kesulitan dalam mengangkut hasil tangkapan mereka. Hal ini terjadi karena kali Bangkalan sudah lama tidak dilakukan pengerukan. Namun masalah ini mendapat tanggapan dari pemerintah setempat dan telah melakukan pengerukan. Hingga penulis tiba di kampung ini, nelayan masih sulit berlabuh di kali tersebut walaupun kali Bandaran tidak kering lagi.