Keislaman, Kemaduraan, Keindonesiaan

Sebagaimana telah dikatakan, sistem simbol lingkungan budaya non-pesantren adalah kesenian Madura. Yakni kesenian yang hidup di Madura sejak pra-Islam, diperkaya dengan pengaruh kesenian Jawa, dan relatif steril dari pengaruh Islam. Jenis-jenis kesenian yang hidup dalam lingkungan budaya non-pesantren ini antara lain pantun, mamaca, kol-okol (sastra), ludruk, tandha’, ketoprak, topeng (teater), saronen, gamelan, okol (musik/nyanyian), tayub, sandur (tari). Tentu saja, polarisasi kesenian ini tidak selalu definitif. Dalam beberapa hal, terjadi tumpang-tindih antara kesenian dalam lingkungan budaya pesantren dan non-pesantren. Terjadinya tumpang-tindih itu untuk sebagian menunjukkan terjadinya proses asimilasi kultural antara kedua lingkungan budaya yang masih terus berlangsung.

Tabel 1
Polarisasi Masyarakat Kesenian Madura

No. Jenis Kesenian Pesantren Non-Pesantren
1 Sastra/Tradisi lisan Syi’ir Puisi, pantun, mamaca
2 Teater al-Badar Ludruk, tandhe’
3 Nyanyian/Musik Diba’, hadrah, gambus, samroh saronen, thongthong, okol
4 Tari Samman, ruddad, zaf Tayuban, sandur

Tabel 1 adalah bagan polarisasi masyarakat kesenian dan jenis-jenis kesenian dua lingkungan budaya Madura seperti diuraikan di atas. Karena tulisan ini merupakan pengalaman dan kesan pribadi, maka jenis-jenis kesenian tidak disebutkan secara lengkap. Jenis-jenis kesenian dipilih secara acak berdasarkan kedekatannya dengan satu lingkungan budaya sekaligus menunjukkan perbedaannya, bahkan kontrasnya, dengan kesenian dalam lingkungan budaya yang lain.

Tulisan bersambung:

  1. Keislaman, Kemaduraan, Keindonesiaan
  2. Kolonialisme dan Polarisasi Masyarakat
  3. Madura di Aras Kebangsaan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.