Tradisi Ojung di Bulan Sya’ban
Warga di Desa Blimbing, Bondowoso, Jawa Timur, memiliki tradisi unik untuk mendatangkan hujan, yakni tradisi ojung. Dalam tradisi ini mereka harus bertarung saling pecut dengan rotan. Hingga tidak sedikit tubuh mereka yang mengeluarkan darah. Kendati demikian peserta ojung ini tidak menyimpan dendam. Mereka yakin darah yang mengalir akan menurunkan hujan dan desa mereka terhindar dari bahaya kemarau. Ojung dibuka dengan persembahan dua pasang petarung ojung dan tamu kehormatan. Dan begitu sang wasit memberikan aba aba, para pemain ojung ini pun langsung unjuk kebolehan dan adu tangkas memecutkan rotan.
Selain ilmu silat, para pemain ojung ini juga membekali diri dengan ilmu kanuragan, termasuk ilmu kekebalan tubuh. Bekal tersebut sangat berguna untuk menyerang dan menghindar dengan cepat. Tradisi ojung hanya diikuti oleh pria dewasa meski saling pukul rotan hingga menyebabkan luka, namun mereka tak saling dendam.
Usai pembukaan tradisi ojung dilanjutkan di lapangan terbuka. Selain warga Belimbing, pesertanya mencapai 60 orang berasal dari desa bersebelahan. Dengan diiringi alunan ketipung, para pemain ojung pun larut menari sambil mencari celah, untuk mendaratkan rotan.
Sekali bermain tiga ronde selama 10 menit. Pembantu wasit akan menjadi saksi sekaligus mencatat luka. Pemenang ditentukan dari jumlah luka yang didaratkan pada punggung lawannya.
Meski hanya mendapatkan hadiah hiburan namun peserta tetap antusias. Tradisi ojung digelar setelah warga Blimbing, Kecamatan Kelabang, Bondowoso, melaksanakan ritual Simul ulung setiap setahun sekali pada pertengahan bulan Sya’ban.(zipoer7)