Oleh Akhmad Asy’ari
Legenda Jokotole telah tertanam di tengah masyarakat Kabupaten Songennep (Sumenep) begitu kuat. Kisah yang sangat dramatis dan heroik penuh dengan misteri yang terkandung di dalamnya, sangat sulit dilupakan. Cerita inilah yang turun temurun dituturkan oleh masyarakat sehingga perlu diceritakan dengan menarik dan perlu dibukukan agar generasi selanjutnya tidak melupakan bagian dari pembangunan diawal-awal berdirinya Kabupaten Sumenep, dari masa ke masa.
Kelahiran Jokotole diawali dari adanya seorang seorang puteri cantik berkulit kuning langsat yang hidupnya bertapa seorang diri, dan hanya ditemani dayang (Bu’ Embãn) atau pembantunya. Pada waktu itu, dalam pertapaannya tersebut, pada suatu malam yang sangat gelap gulita, disinari bintang yang berkedip tiada hentinya, ia tertidur dan bermimpi didatangi oleh seorang lelaki gagah, tampan dan rupawan.
Putri cantik tersebut, bernama Puteri Saini (Raden Ayu Pottrè Konèng ), Puteri dari Wagung Rukyat yang bergelar Raja Secadiningrat, juga merupakan cicit dari Pangeran Bukabu, Bukabu Ambunten Sumenep. Lelaki gagah, tampan, dan rupawan yang hadir dalam mimpinya tersebut beberapa waktu kemudian diketahui bernama Adi Poday (Raja Sumenep ke-12). Ia adalah seorang pertapa yang berada di Gunung Gegger. Ia merupakan seorang putera dari Panembahan Balinge (yang mempunyai dua putra, yang bernama Adi Poday dan Adi Rasa).
Kekhawatiran Raden Ayu Pottrè Konèng akan hadirnya seseorang dalam mimpinya, membuatnya gelisah, kemudian ia pulang kerumahnya dari dunia pertapaannya. Mengadu akan hal ikhwal mimpi kepada dayangnya, dia menceritakan mimpi tersebut dengan bercucuran air mata, rasa gundah gulana selalu menghantuinya. Karena tak dapat dielakkan, semakin hari perutnya semakin besar hingga mengetahui bahwa dirinya sedang hamil muda.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, mimpi yang dia rahasiakan bersama pembantunya kemudian diketahui juga oleh Wagung Rukyat (Raja Seccadiningrat) yang merupakan ayahnya, karena perubahan fisik pada Raden Ayu Pottrè Konèng . Ayahnya pun mengetahui kehamilannya dan menjadi murka. Dimarahilah anaknya, ditanyakan siapa yang telah berani menghamilinya, namun cerita dari Raden Ayu Pottrè Konèng tentang alasan mimpi yang disampaikan kepada ayahnya, tidaklah diterima dengan lapang dada.
Wagung Rukyat (Raja Saccadiningrat) bermaksud akan menghukumnya. Dia sangat marah karena telah mencoreng harkat dan martabat keluarga. Berita kehamilan Raden Ayu Pottrè Konèng telah tersebar di masyarakat dan para punggawa istana. Wagung Rukyat bermaksud akan memberikan hukuman mati padanya.