Kerapan Sapi Madura: Ide Cemerlang Pangeran Katandur

Proses Pelaksanaan

Sampai saat ini pesta permainan rakyat, Kerapan Sapi diadakan setiap tahun. Dari tingkat wilayah terendah sampai tingkat Karesidenan. Seleksi biasanya diadakan dari tingkat Desa, Kecamatan, Kabupaten sampai tingkat Madura. Konon ketika wilayah Madura masih berada dalam cengkeraman kolonial Belanda, Kerapan Sapi dilombakan dengan pengaturan dan jadwal sedemikian rupa, sehingga puncak kemeriahan perlombaan jatuh pada tanggal 31 Agustus, tepat hari lahirnya ratu Wilhelmina.

Dalam pelaksanaan perlombaan sebagai ajang pesta rakyat, Kerapan Sapi menyedot semua energi dan aktifitas. Jauh-jauh hari sebelum acara diadakan, perhatian terhadap hewan tersebut sangatlah istimewa. Hewan yang akan dilombakan berada dalam pengawasan yang sangat ketat. Dari pola makanan, suspensi penambah stamina berupa jamu dan ramuan sampai pada kesiapan dalam bentuk supranatural, jampi-jampi, mantera-mantera. Hal itu dalam upaya agar sapi nantinya menjadi yang tercepat, terdepan dan menang.

Adapun kesibukan yang dilakukan sebelum acara perlombaan dimulai, antara lain :

Pada malam hari sebelum hari kerapan tiba, pemilik beserta keluarga serta para supporternya membawa pasangan sapi ke arena perlombaan. Pasangan sapi tersebut, diiringi seperangkat gamelan dan Saronen. Mereka mengadakan perkemahan, sehingga pada malam hari sebelum hari H tiba, di arena perlombaan menjadi tempat yang sangat meriah. Karena peserta dari daerah lain pun berkumpul disana,

Pada malam tersebut, tak seorangpun dapat tidur. Karena masing-masing orang telah mempunyai tugas dan kewajiban. Terutama petugas perawat sapi, disamping memijat-mijat (massage) juga menjaga pembakaran. Dengan tujuan agar tak seekor nyamuk pun datang mendekat. Bahkan dari sebagian anggota rombongan melakukan tirakat, agar keesokan harinya sapi yang menjadi andalan keluar sebagai pemenang,

Pada pagi hari, sepasang sapi digandengkan pada Kaleles, dan didandani sedemikian rupa sehingga sepasang sapi tersebut ber-penampilan keren, gagah dan menarik. Setelah itu, sepasang sapi tersebut diarak keliling lapangan diiringi oleh bunyi “taktuk”, (semacam seperangkat gamelan) yang bertalu-talu serta Saronen. Tingkah polah para pengiringpun tak kalah meriah, ada yang membisiki sapi dengan rayuan kata-kata indah agar berjuang untuk menang, ada pula yang menari-nari sambil bernyanyi,

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.