Kerapan Sapi, Trade Mark Madura
Pada masa lampau dalam sebuah desa, ada beberapa warga yang memelihara sapi kerapan. Dalam setiap event perlombaan senantiasa melibatkan rumpun keluarga sebagai pendukung dana. Dana yang dikeluarkan untuk pembiayaan selama perlombaan, menjadi tanggung jawab bersama. Pada masa sekarang hanya orang-orang tertentu saja yang mampu memelihara sapi kerapan. Hal itu disebabkan oleh biaya pemeliharaan yang sangat mahal. Belum lagi biaya ketika sapi-sapi tersebut berlaga dalam sebuah arena. Semua biaya dalam proses tersebut langsung di tanggung oleh pemilik sapi, biaya makan, biaya musik pengiring, biaya transportasi dan sebagainya. Maka tidaklah mengherankan, kalau saat ini hanya orang-orang berduit, ataupun para pejabat saja yang mampu memelihara Sapi Kerapan.
Walaupun demikian Kerapan Sapi tetap merupakan sebuah pesta rakyat dan mampu menyedot perhatian rakyat di dataran pulau Madura. Hal itu dapat dilihat, setiap event perlombaan yang diadakan di tingkat Kecamatan, Pembantu Bupati, Kabupaten atau pun tingkat Madura senantiasa dibanjiri oleh penonton dari semua lapisan masyarakat. Masyarakat dari berbagai kalangan, tumpah ruah, berbondong-bondong mengeluh-elukan sapi yang berasal dari daerahnya. Hal itu disebabkan adanya ikatan emosional yang kuat antara peserta dan penonton yang berasal dari satu wilayah. Tak mengherankan apabila ajang Kerapan Sapi dijadikan simbol status sosial. Selain itu Kerapan Sapi mampu membangun kebersamaan, mempertautkan kembali tali silaturrahim serta menaikkan pamor suku bangsa Madura.
Kerapan Sapi telah menjadi identitas, trade mark dan simbol keperkasaan. Di sektor pariwisata, Kerapan Sapi merupakan pemasok utama Anggaran Pendapatan Belanja Daerah. Karena dari sektor ini, para wisatawan manca negara maupun wisatawan domestik mengeluarkan koceknya, membeli karcis untuk menonton keperkasaan, kelincahan, kecepatan laju sapi, sekaligus menyaksikan kepintaran, kecekatan, kelihaian, kepiawaian para Joki ketika mengendalikan sapi tunggangannya.
Setiap tahun ada acara puncak Kerapan Sapi yang diselenggarakan sekitar bulan Agustus atau September. Acara tahunan tersebut merupakan event paling bergengsi karena memperebutkan piala bergilir dan piala tetap Presiden. Dalam event itu, masing-masing Kabupaten dalam wilayah Madura mengirimkan pasangan sapi terbaiknya. Adapun Sapi Kerapan yang berhak berlaga dalam arena bergengsi tersebut, merupakan hasil seleksi yang ketat dari masing-masing wilayah Kabupaten. Dengan demikian, pasangan sapi kerapan adalah duta dari masing-masing Kabupaten, yaitu Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep. (Lontar Madura)